Minggu, 25 April 2010

Perkembangan Gamet Betina Pada Ikan

Perkembangan Gamet Betina Pada Ikan

Perkembangan gamet betina atau disebut juga oogenesis terjadi di dalam ovarium. Oogenesis diawali dengan perkembangbiakan oogonium beberapa kali melalui pembelahan mitosis, untuk memasuki tahap oosit primer. Selanjutnya terjadi pembelahan meiosis I, membentuk oosit sekunder dan polar body I melalui proses meiosis II oosit sekunder membelah menjadi oosit dan polar body II.

Oogenesis adalah proses kompleks yang secara keseluruhan merupakan pengumpulan kuning telur. Secara substansial, kuning telur terdiri atas tiga bentuk yaitu : kantung kuning telur (yolk vesicle), butiran kuning telur (yolk globule) dan tetesan minyak (oil droplet). Kantung kuning telur berisi glikoprotein dan pada perkembangan selanjutnya, menjadi kortikal alveoli. Butir-butir kuning telur terdiri atas lipoprotein, karbohidrat dan karoten. Oil droplet secara umum terdiri atas gliserol dan sejumlah kecil kolesterol.

Sabtu, 24 April 2010

Budidaya Kentang - Budidaya Tanaman

Budidaya Kentang - Budidaya Tanaman

Di bawah ini adalah daftar hasil pencarian di internet sesuai lewat google tentunya, dengan kata kunci yang Anda gunakan - Budidaya Kentang-, Klik pada judul hasil pencarian untuk membaca informasi lebih detail mengenai Budidaya Kentang, Kata kunci yang mungkin terkait adalah: Budidaya Tanaman Kentang, budidaya kentang ebook, petunjuk praktis budi daya kentang:


BUDIDAYA KENTANG

PENDAHULUAN
Kentang (Solanum tuberosum L) merupakan sumber utama karbohidrat, sehingga menjadi komoditi penting. PT. NATURAL NUSANTARA berupaya meningkatkan produksi kentang nasional secara kuantitas, kualitas dan tetap berdasarkan kelestarian lingkungan (Aspek 3K).

SYARAT PERTUMBUHAN
2.1. Iklim
Curah hujan rata-rata 1500 mm/tahun, lama penyinaran 9-10 jam/hari, suhu optimal 18-21 °C, kelembaban 80-90% dan ketinggian antara 1.000-3.000 m dpl.

Source: http://teknis-budidaya.blogspot.com/2007/10/budidaya-kentang.html



Budidaya Kentang
( Solanun tuberosum L. )

I. UMUM

1.1. Sejarah Singkat
Tanaman ini berasal dari daerah subtropis di Eropa yang masuk ke Indonesia pada saat bangsa Eropa memasuki Indonesia di sekitar abad ke 17 atau 18.

1.2. Sentra Penanaman
Sentra tanaman yang utama adalah Lembang dan Pangalengan (Jawa Barat), Magelang (Jawa Timur), Bali. Produksi kentang pada tahun 1998 mencapai 1.011.316 ton.

1.3. Jenis Tanaman

Kentang (Solanum tuberosum L) termasuk jenis tanaman sayuran semusim, berumur pendek dan berbentuk perdu/semak. Kentang termasuk tanaman semusim karena hanya satu kali berproduksi, setelah itu mati. Umur tanaman kentang antara 90-180 hari.

Source: http://dimasadityaperdana.blogspot.com/2009/06/budidaya-kentang.html



Budidaya Tanaman Kentang

PENDAHULUAN

Kentang (Solanum tuberosum L.) adalah tanaman dari suku Solanaceae yang memiliki umbi batang yang dapat dimakan dan disebut "kentang" pula. Umbi kentang sekarang telah menjadi salah satu makanan pokok penting di Eropa walaupun pada awalnya didatangkan dari Amerika Selatan.

Penjelajah Spanyol dan Portugis pertama kali membawa ke Eropa dan mengembangbiakkan tanaman ini pada abad XVI. Dengan cepat menu baru ini tersebar di seluruh bagian Eropa. Dalam sejarah migrasi orang Eropa ke Amerika, tanaman ini pernah menjadi pemicu utama perpindahan bangsa Irlandia ke Amerika pada abad ke-19, di kala terjadi wabah penyakit umbi di daratan Irlandia yang diakibatkan oleh jenis jamur yang disebut ergot.

Source:http://cerianet-agricultur.blogspot.com/2008/11/budidaya-kentang.html



Teknis Budidaya Kentang

Kentang (Solanum tuberosum L) merupakan sumber utama karbohidrat, sehingga menjadi komoditi penting. PT. NATURAL NUSANTARA berupaya meningkatkan produksi kentang nasional secara kuantitas, kualitas dan tetap berdasarkan kelestarian lingkungan (Aspek 3K).

Source: http://go-organik-2010.blogspot.com/2008/08/teknis-budidaya-kentang.html


Syarat Tumbuh Tanaman Kentang

Kentang (Solanum tuberosum L)  merupakan sumber utama karbohidrat, sehingga menjadi salah satu komoditi penting. Kentang juga merupakan komoditas hortikultura yang paling berpeluang untuk pengembangan agribisnis dan agroindustri dibandingkan dengan komoditas hortikultura lainnya. Besarnya peluang ini disebabkan harga kentang relatif stabil, potensi bisnisnya tinggi, segmen usaha dapat dipilih sesuai dengan modal, pasar terjamin dan pasti.

Konsumsi kentang untuk pasar tradisional mencakup 90 persen dari total pasar kentang di Indonesia, belum lagi peluang pasar lainnya seperti : pasar swalayan, restoran dan untuk bahan baku industri.

Tanaman kentang dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian antara 1.000-3.000 m dpl, curah hujan rata-rata 1500 mm/tahun, lama penyinaran 9-10 jam/hari, suhu optimal 18-21 °C, kelembaban 80-90% dan ketinggian antara 1.000-3.000 m dpl.

Media yang cocok untuk budidaya tanaman kentang, yakni media tanah dengan struktur remah, gembur, banyak mengandung bahan organik, berdrainase baik dan memiliki lapisan olah yang dalam dan pH antara 5,8-7,0.

Source: http://www.ideelok.com/budidaya-tanaman/kentang

Kebutuhan Lingkungan untuk Memijah (trigger) Ikan

Kebutuhan Lingkungan untuk Memijah (trigger) Ikan

Pemijahan ikan dipengaruhi oleh faktor eksternal (eksogenous) dan internal (endogenous).  Kedua faktor tersebut berpengaruh terhadap pematangan gonad akhir dan ovulasi oosit.  Faktor eksternal yang mempengaruhi reproduksi yaitu pendorong dan penghambat hormon gonadotropin, gonadotropin pra ovulasi dan respon ovarium terhadap GtH.  Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi pemijahani adalah photo periode,  suhu, substrat untuk pemijahan dan hubungan dengan individu lain (faktor sosial) (Stacey, 1984).

Pada sebagian besar ikan teleostei, adanya perbedaan antara faktor eksternal dan internal akan mendorong ikan melakukan strategi reproduksi tertentu. Fuktuasi kondisi lingkungan dapat mempengaruhi aktifitas neuroendokrin dan endokrin. Sementara itu neuroendokrin dan endokrin berperan penting dalam merangsang pematangan akhir oosit dirangsang oleh (Jalabert, 1976 dalam Stacey, 1984).  

Pada banyak kasus reproduksi ikan, sering ditemukan bahwa proses ovulasi ikan tidak dapat berlangsung, meskipun proses vitellogenesis sudah sempurna.  Keberhasilan proses ovulasi ditentukan oleh mekanisme fisiologi, proses metabolisme dan kesesuaian dengan faktor eksternal (kehadiran pejantan, substrat untuk pemijahan, rendahnya ancaman predator dan sebagainya).  Namun demikian informasi tentang peran faktor eksternal dalam proses reproduksi masih sangat terbatas.

Menurut Stacey (1984), beberapa faktor eksternal yang berperan penting bagi keberhasilan proses reproduksi adalah:

1.  Photo periode
Proses ovulasi pada beberapa ikan teleostei menunjukkan hubungan yang erat dengan photoperiod.  Ikan Oryzias latipes, perbedaan perlakuan photoperiod menunjukkan tingkat GtH yang berbeda, kadar GtH dalam darah meningkat pada photoperiod yang berubah-ubah (dari terang ke gelap dan sebaliknya).  Tetapi pada penerangan yang konstan (selalu terang atau gelap selalu) kadar GtH dalam darah cenderung berfluktuasi  (Iwamatsu, 1978 dalam Stacey, 1984).  Photoperiod diduga berpengaruh secara langsung terhadap mekanisme saraf yang menentukan waktu pemijahan bagi ikan laut.

Ikan cyprinidae yang hidup di daerah subtropik seperti Notemigonus crysoleucas, Carassius auratus, Gila cypha dan Couesius plumbeus biasanya memijah pada akhir musim semi dan awal musim panas.  Proses gametogenesis disesuaikan dengan suhu dan photo periode.  Pada musim dingin gametogenesis berlangsung lambat, kemudian semakin meningkat pada musim panas dan mencapai tahap perkembangan sempurna pada musim semi (Helfman et al., 1997).
Jourdan et al. (2000) menyatakan bahwa ikan Perca fluviatilis yang dipelihara pada laboratorium dengan photo periode 24 jam menunjukkan kematian yang lebih tinggi 7,4% dibandingkan dengan photo periode 12 jam dan 18 jam (masing-masing 3,2% dan 3,3%).  Selanjutnya dikatakan bahwa pada photo periode yang lebih lama perkembangan gonad akan terhambat (terutama ikan jantan).

2. Suhu
Suhu berpengaruh terhadap berbagai fungsi sistem reproduksi ikan teleostei, termasuk laju sekresi dan pembersihan GnRH, pengikatan GtH oleh gonad, siklus harian GtH, sintesis dan katabolisme steroid, serta stimulasi GtH (Stacey, 1984).  Perubahan suhu yang terlalu tinggi dapat menjadi trigger tingkah laku pemijahan ikan.  Suhu juga berpengaruh langsung dalam menstimulasi endokrin yang mendorong terjadinya ovulasi.

Siklus reproduksi musiman pada ikan tropis cenderung dipengaruhi oleh adanya hujan, bukan oleh suhu.  Pada musim hujan akan banyak ditemukan daerah genangan air seperti rawa banjiran yang berfungsi sebagai tempat pemijahan dan daerah asuhan larva.  Beberapa ikan tropis (seperti: mormyridae, cyprinidae), pada musim hujan akan melakukan migrasi ke hulu sungai dan rawa banjiran untuk memijah (Munro, 1990 dalam Helfman et al, 1997).
Suhu juga berperan penting dalam reproduksi ikan Smallmouth Bass, suhu mempengaruhi waktu pemijahan, pematangan gonad dan keberhasilan pemijahan.  Pada ikan ini fluktuasi suhu mempengaruhi tempat pembuatan sarang, jumlah telur yang menetas dan tingkah laku menjaga anaknya (Cookea et al., 2003).  Suhu yang tidak stabil mendorong induk ikan Smallmouth Bass melakukan penjagaan terhadap anak-anaknya yang baru menetas (Carlisle,1982 dalam Cookea et al., 2003).

Pada ikan Medaka (Oryzias latipes) lama waktu sintesis DNA tahap dini dalam leptotene spermatocyte sampai spermatid tahap awal pada suhu 25°C adalah 5 hari, sedangkan pada suhu 15°C memerlukan waktu 12 hari.  Lama perkembangan spermatid awal sampai spermatozoa adalah 7 hari (pada suhu 25°C) dan 8 hari (pada suhu 15°C).  Pada ikan Guppy lama waktu perkembangan leptotene tahap awal menjadi spermatozoa adalah 125 hari pada suhu 25°C, sedangkan Poecillia shenops lama waktu perkembangan leptotene tahap awal menjadi spermatozoa pada suhu yang sama adalah 125 hari (Nagahama, 1987 dalam Tang dan Affandi, 2001).  Suhu lingkungan yang tinggi cukup menjadi trigger dalam pematangan seksual ikan Brachyhypopomus pinnicaudatus yang hidup di daerah subtropik (Quintana et al., 2004).

Menurut Yamamoto (1966) dalam Stacey (1984), proses vitellogeneis pada ikan Goldfish yang dipelihara pada suhu kurang dari 14°C , tetapi tidak terjadi ovulasi.  Ovulasi berlangsung dalam waktu sehari setelah suhu ditingkatkan menjadi 20°C.   peningkatan suhu air juga dapat mempercepat vitellogenesis ikan Tinca tinca yang dipelihara pada kolam terbuka.

3. Substrat pemijahan
Mekanisme pengaturan ovulasi dipengaruhi oleh kebutuhan ikan terhadap jenis substrat tertentu.  Jika substrat yang sesuai belum ditemukan, maka ovulasi tidak akan terjadi.  Fenomena ini dapat dilihat pada ikan-ikan yang tempat pemijahannya memerlukan jenis substrat tertentu.

Ikan Goldfish akan memijah dengan baik jika menemukan vegetasi untuk menempelkan telurnya, jika ditemukan vegetasi maka ovulasi akan terhambat.  Stimulasi proses pemijahan beberapa spesies ikan dapat dilakukan dengan pemberian “petrichor”, yaitu campuran berbagai bahan organik yang telah dikeringkan (Stacey, 1984).
Tamaru et al. (2001b) mengatakan bahwa tanaman air dan akar pohon yang terendam air serin digunakan sebagai subtrat untuk menempelkan telur oleh ikan Ikan Sumatra (Capoeta tetrazona) betina.  Pada saat pemijahan berlangsung, ikan jantan akan menempelkan sirip perutnya ke tubuh ikan betina, sehingga sperma dan telur terlepas kemudian menempel pada substrat

4. Ketersediaan makanan
Komposisi protein merupakan faktor esensial yang dibutuhkan ikan untuk pematangan gonad.  Watanabe et al. (1984) dalam Tang dan Affandi (2001) menyatakan bahwa kadar protein 45% baik bagi perkembangan gonad ikan Kakap Merah, sedangkan kadar protein 36% baik bagi ikan Trout Lembayung.

Lemak adalah komponen pakan kedua setelah protein, pakan induk yang kekurangan asam lemak esensial akan menghasilkan laju pematangan gonad yang rendah.  Tetapi proporsi lemak yang relatif rendah dengan Ω3-HUFA tinggi dapat meningkatkan kematangan gonad.  Kadar HUFA yang baik bagi ikan Clarias batrachus adalah Ω6 sebanyak 0,26% dan  Ω3 sebanyak 1,68% yang terkandung dalam kadar lemak rata-rata 5,87 g/100g bobot kering pakan (Mokoginta et al., 1995 dalam Tang dan Affandi, 2001).  Selanjutnya dikatakan bahwa komposisi karbohidrat pakan induk ikan lele adalah serat kasar 3,19%-5,83% dan kadar abu 5,02%-6,15%.

Mineral yang penting bagi pematangan gonad adalah phospor (P), seng (Zn), dan mangan (Mn) (NRC, 1993 dalam Tang dan Affandi, 2001).  Sedangkan vitamin E berperan penting dalam pematangan gonad.  Kandungan vitamin E dalam pakan sebesar 24,5 IU/g pakan menunjukkan hasil terbaik bagi pematangan gonad ikan Ekor kuning (Verankupiya et al., 1995 dalam Tang dan Affandi, 2001).

5. Faktor sosial (hubungan antar individu)
Interaksi antar individu dapat mempengaruhi tingkah lau reproduksi dan fertilitas.  Salah satu spesies chichlid Haplochromis burtoni, interaksi antara ikan jantan mempengaruhi fungsi gonad.  Mekanisme ini diatur oleh otak melalui saraf yang mengatur pelepasan GnRH sesuai dengan status sosial ikan jantan (White et al., 2002).  GnRH dikirim oleh saraf hyphotalamus ke pituitary yang mengatur proses reproduksi melalui pelepasan pituitary gonadotropin yang mengatur fungsi gonad (Sherwood, 1987 dalam White et al., 2002).
Stimuli yang bersifat visual dan kimia dari individu lain dapat meningkatkan frekuensi pemijahan.  Stimuli ini mendorong perkembangan ovarium tetapi tidak mempengaruhi ovulasi secara langsung.  Pada ikan sepat (Trichogaster pectoralis), aktifitas ikan jantan yang sedang membuat sarang dapat mempercepat ovulasi.  Pada beberapa spesies ikan, ovulasi akan terhambat jika kepadatan ikan pada suatu perairan sangat tinggi.

6. Salinitas
Pada ikan Black Bream (Acanthopagrus butcheri) salinitas tidak berpengaruh terhadap pematangan gonad ikan jantan maupun betina.  Tingkat plasma steroid ikan betina tidak terpengaruh oleh salinitas, tetapi pada ikan jantan yang dipelihara salinitas 35‰ daripada salinitas 5‰ pada bulan September, plasma 17,20b-dihydroxy-4-progestero-3-one 17,20bP dan 11-ketotestosterone menunjukkan peningkatan (Haddy dan Pankhurst, 2000a).

Reproduksi Ikan

Reproduksi Ikan
Reproduksi merupakan hal yang sangat penting bagi kelangsungan hidup suatu organisme. Bayangkan apabila ada suatu organisme yang tidak melakukan reproduksi, tentu saja akan menganggu keseimbangan alam. Ingat rantai makanan? Bayangkanlah salah satu mata rantai tersebut hilang. Tentu akan tidak seimbang proses alam ini. Yang akan menghancurkan sebuah ekosistem,atau bahkan peradaban.

Ikan melakukan reproduksi secara eksternal. Dalam hal ini, ikan jantan dan betina akan saling mendekat satu sama lain kemudian si betina akan mengeluarkan telur. Selanjutnya si jantan akan segera mengeluarkan spermanya, lalu sperma dan telur ini bercampur di dalam air. cara reproduksi ini dikenal sebagai oviparus, yaitu telur dibuahi dan berkembang di luar tubuh ikan.
Ikan terkenal sebagai mahluk yang mempunyai potensi fekunditas yang tinggi dimana kebanyakan jenis ikan yang merupakan penghasil telur beribu-ribu bahkan berjuta-juta tiap tahun. Apabila alam tidak mengaturnya maka dunia akan sangat padat dengan ikan.

Cara reproduksi ikan yang ada antara lain :
1. Ovipar, sel telur dan sel sperma bertemu di luar tubuh dan embrio ikan berkembang di luar tubuh sang induk. Contoh : ikan pada umumnya
2. Vivipar, kandungan kuning telur sangat sedikit, perkembangan embrio ditentukan oleh hubungannya dengan placenta, dan anak ikan menyerupai induk dewasa
3. Ovovivipar, sel telur cukup banyak mempunyai kuning telur, Embrio berkembang di dalam tubuh ikan induk betina, dan anak ikan menyerupai induk dewasa. Contoh : ikan-ikan livebearers

Faktor-faktor yang mempengaruhi kematangan seksual ikan antara lain spesies, ukuran, dan umur. Secara umum ikan-ikan yang mempunyai ukuran maksimum kecil dan jangka waktu hidup yang relatif pendek, akan mencapai kematangan kematangan seksual lebih cepat dibandingkan ikan yang mempunyai ukuran maksimum lebih besar. 

Ada berbagai cara yang sudah dilakukan oleh orang-orang perikanan yang bekerja di bidang akuaultur. Adanya pemijahan buatan dapat mempercepat produksi ikan di sebuah tambak atau hatchery. Hal ini dilakukan untuk mengejar target pasar agar kebutuhan konsumen terpenuhi. Dengan cara menyuntikan hormon untuk mematangkan sel telur. Sehingga kita dapat mengawinkan ikan sesuai kebutuhan yang kita inginkan.

Jumat, 23 April 2010

Pola pemijahan (reproduksi) Beberapa Jenis ikan


Pola pemijahan (reproduksi) Beberapa Jenis ikan

Tingkah laku dan proses reproduksi pada ikan merupakan hal yang sangat menarik untuk dipelajari.  Kami telas membuat ringkasan tentang pemijahan (perkawinan) ikan berdasarkan jumlah pemijahan dalam satu tahun, pemilihan pasangan, jenis kelamin, pembuatan dan tipe sarang, serta pemeliharaan anak dan lainnya.  Tentu saja mekanisme pemijahan pada ikan tidaklah sederhana, tetapi dipengaruhi banyak faktor baik internal maupun eksternal.  Tulisan ini dibuat dengan tujuan untuk mempermudah pemahaman kita tentang pemijahan ikan.  Jika ingin tahu lebih detail, silakan baca artikel saya yang lainnya di site ini.
A.      Kesempatan melakukan pemijahan
  • Semelparous (memijah sekali kemudian mati)


    • contoh: lampreys, river eels (sidat/pelus), some knifefish (ikan pisau-pisau)


  • Iteroparous (memijah beberapa kali sepanjang hidupnya)

    1.  Memijah sepanjang tahun, pemijahan hanya dilakukan sekali setiap tahun, tetapi dengan masa pemijahan yang panjang. Pematangan telur tidak terjadi secara bersamaan, sehingga telur yang dikeluarkan dan menetas pun tdak bersamaan.


      • contoh: ikan-ikan rivulines


    2. Pemijahan dilakukan beberapa kali dalam satu tahun


      • contoh: sebagian besar ikan asuk dalam kategori ini (elasmobranch (ikan bertulang rawan), lungfishes (ikan berparu-paru), perciforms, Betta spp. (ikan adu).


B.      Pasangan dalam pemijahan
  • Promiscuous: ikan jantan dan betina masing-masing memiliki beberapa pasangan dalam satu musim pemijahan. Jadi ikan jantan akan membuahi beberapa ikan betina dan ikan betina akan dibuahi oleh beberapa pejantan, semacam "swinger" begitu...he he he


    • contoh: herring, livebearers, sticklebacks, surgeonfish


  • Polygamous Polygyny: ikan jantan memiliki beberapa pasangan dalam satu musim pemijahan


    • contoh: sebagian besar jenis chichlids (mujahir), serranidae, angelfish (maanvis), gurami.


  • Polyandry : ikan betina memiliki beberapa pasangan dalam satu musim pemijahan.


    • contoh: anemone fishes (ingat anemone, pasti ingat NEMO kan?)


  • Monogamy : ikan memijah dengan pasangan yang sama selama beberapa periode pemijahan (wah setia banget yach...)


    • contoh: serranus (jenis beronang), beberpa jenis cichlid (misalnya ikan Oscar), jawfish, hamlets


C.      Jenis kelamin
  • Gonochoristic : jenis kelamin jelas dan tidak berubah ketika ikan sudah matang kelamin)


    • contoh: sebagian besar ikan masuk kategori ini (elasmobranch, cypriniforms, salmoniforms)


  • Hermaphroditic : keungkinan terjadi perubahan kelamin setelah pematangan gonad


    • Simultaneous (satu individu ikan mempnyai dua jenis kelamin yaitu jantan dan betina).  Contoh: rivulus, hamlet, serranus

    • Sequential (ikan mengalami perubahan kelamin dari jantan ke betina, atau sebaliknya)


      1. Protandrous (ikan pada awalnya berjenis kelamin betina, kemudian berubah menjadi jantan)


        • contoh: anemonefishes, lates calcalifer (ikan kakap)


      2. Protogynous (jenis kelamin awal betina, kemudian berubah menjadi jantan)


        • contoh: Angelfishes, Ephinephelus sp.


D.  Parthenogenetic (egg development occurs without fertilization)
  • Gynogenetic: ikan jantan tidak membuahi ikan betina, tetapi hanya mengaktifkan telurnya saja.


    • contoh: Poeciliopsis, Poecilia Formosa (no male contribution, only egg activation)


  • Hybridogenetic: ikan jantan membuahi ikan betina pada satu musim pemijahan, tetapi tidak pada musim pemajah berikutnya.


    • contoh: Poeciliopsis (male contribution discarded each generation)


E.      Karakteristik jenis kelamin sekunder
  • Monomorphic

  • Sexually dimorphic

  • Polymorphic



F.      Persiapan sarang pemijahan
  • Tidak membuat sarang, dilakukan oleh ikan yang cenderung meyerakkan (menyebarkan) telurnya ke perairan. contoh: ikan salmon, ikan tawes dan nilem

  • Membuat dan menjaga sarangnya, contoh: ikan gobi, gurami, cichlid (mujahir).


G.      Tempat terjadinya pembuahan
  • External: pembuahan terjadi diluar tubuh induknya, telur keluar dari tubuh ikan betina kemudian akan disemprot oleh sperma ikan jantan.

  • Internal:pembuahan terjadi didalam tubuh ikan betina, ada coetus lah... contoh:elasmobranch, livebearers

  • Buccal (in the mouth): pembuahan terjadi di mulut ikan betina (tapi bukan oral sex lho), telur yang dikeluarkan betina dimasukkan dalam mulutnya kemudian disemprot sperma pejantan tangguh.  Biasanya telur yang telah menetas akan tetap berada di mulut induknya selama waktu tertentu. contoh: beberpa jenis cichlids, ikan arwana


H.      Pengasuhan oleh induk
Siapa bilang cuma manusia yang bisa mengasuh anaknya, ikan juga bisa loh..
  • Induk tidak mengasuh anaknya, contoh: sebagian besar species ikan

  • Ikan jantan menjaga dan mengasuh anaknya, contoh: ikan cupang (Betta sp.), sea catfishes, greenlings

  • Betina mengasuh anaknya:


    • Ovipar tanpa pengasuhan pasca pemijahan, contoh: Oreochromis

    • Ovovivipar tanpa disertai pengasuhan setelah pemijahan, contoh: rock fishes (Sebastes)

    • Vivipar tanpa disertai pengasuhan setelah pemijahan, contoh: elasmobranch, Poecillia


  • Pengasuhan bersama ikan jantan dan betina, contoh: discus, cichlasoma

  • Bantuan oleh juvenil lainnya: beberapa jeniscichlid Afrika.


Referensi
Helfman, G. S., Collette, B. B., dan Facey, D. E.  1997.  The Diversity of Fishes. Blackwell Science Inc., Oxford.