Minggu, 27 Desember 2009

Pola Pemijahan (Reproduksi) Ikan

Pola Pemijahan (Reproduksi) Ikan

Tingkah laku dan proses reproduksi pada ikan merupakan hal yang sangat menarik untuk dipelajari. Kami telas membuat ringkasan tentang pemijahan (perkawinan) ikan berdasarkan jumlah pemijahan dalam satu tahun, pemilihan pasangan, jenis kelamin, pembuatan dan tipe sarang, serta pemeliharaan anak dan lainnya. Tentu saja mekanisme pemijahan pada ikan tidaklah sederhana, tetapi dipengaruhi banyak faktor baik internal maupun eksternal. Tulisan ini dibuat dengan tujuan untuk mempermudah pemahaman kita tentang pemijahan ikan. Jika ingin tahu lebih detail, silakan baca artikel saya yang lainnya di site ini.

KESEMPATAN MELAKUKAN PEMIJAHAN
A.Semelparous (memijah sekali kemudian mati)
Contoh: lampreys, river eels (sidat/pelus), some knifefish (ikan pisau-pisau)

B.Iteroparous (memijah beberapa kali sepanjang hidupnya)
1.Memijah sepanjang tahun, pemijahan hanya dilakukan sekali setiap tahun, tetapi dengan masa pemijahan yang panjang. Pematangan telur tidak terjadi secara bersamaan, sehingga telur yang dikeluarkan dan menetas pun tdak bersamaan.
contoh: ikan-ikan rivulines

2.Pemijahan dilakukan beberapa kali dalam satu tahun
contoh: sebagian besar ikan asuk dalam kategori ini (elasmobranch (ikan bertulang rawan), lungfishes (ikan berparu-paru), perciforms, Betta spp. (ikan adu).

PASANGAN DALAM PEMIJAHAN
1.Promiscuous: ikan jantan dan betina masing-masing memiliki beberapa pasangan dalam satu musim pemijahan. Jadi ikan jantan akan membuahi beberapa ikan betina dan ikan betina akan dibuahi oleh beberapa pejantan, semacam "swinger" begitu...he he he
contoh: herring, livebearers, sticklebacks, surgeonfish

2.Polygamous Polygyny: ikan jantan memiliki beberapa pasangan dalam satu musim pemijahan
contoh: sebagian besar jenis chichlids (mujahir), serranidae, angelfish (maanvis), gurami.

3.Polyandry : ikan betina memiliki beberapa pasangan dalam satu musim pemijahan.
contoh: anemone fishes (ingat anemone, pasti ingat NEMO kan?)

4.Monogamy : ikan memijah dengan pasangan yang sama selama beberapa periode pemijahan (wah setia banget yach...)
contoh: serranus (jenis beronang), beberpa jenis cichlid (misalnya ikan Oscar), jawfish, hamlets

JENIS KELAMIN IKAN
1.Gonochoristic : jenis kelamin jelas dan tidak berubah ketika ikan sudah matang kelamin)
contoh: sebagian besar ikan masuk kategori ini (elasmobranch, cypriniforms, salmoniforms)

2.Hermaphroditic : keungkinan terjadi perubahan kelamin setelah pematangan gonad
a.Simultaneous (satu individu ikan mempnyai dua jenis kelamin yaitu jantan dan betina). Contoh: rivulus, hamlet, serranus
b.Sequential (ikan mengalami perubahan kelamin dari jantan ke betina, atau sebaliknya)
c.Protandrous (ikan pada awalnya berjenis kelamin betina, kemudian berubah menjadi jantan)
contoh: anemonefishes, lates calcalifer (ikan kakap)
d.Protogynous (jenis kelamin awal betina, kemudian berubah menjadi jantan)
contoh: Angelfishes, Ephinephelus sp.

PARTHENOGENETIC (EGG DEVELOPMENT OCCURS WITHOUT FERTILIZATION)
1.Gynogenetic: ikan jantan tidak membuahi ikan betina, tetapi hanya mengaktifkan telurnya saja.
contoh: Poeciliopsis, Poecilia Formosa (no male contribution, only egg activation)
2.Hybridogenetic: ikan jantan membuahi ikan betina pada satu musim pemijahan, tetapi tidak pada musim pemajah berikutnya.
contoh: Poeciliopsis (male contribution discarded each generation)

KARAKTERISTIK JENIS KELAMIN SEKUNDER
Monomorphic
Sexually dimorphic
Polymorphic

PERSIAPAN SARANG PEMIJAHAN
1.Tidak membuat sarang, dilakukan oleh ikan yang cenderung meyerakkan (menyebarkan) telurnya ke perairan. contoh: ikan salmon, ikan tawes dan nilem
2.Membuat dan menjaga sarangnya, contoh: ikan gobi, gurami, cichlid (mujahir).

TEMPAT TERJADINYA PEMBUAHAN
1.External: pembuahan terjadi diluar tubuh induknya, telur keluar dari tubuh ikan betina kemudian akan disemprot oleh sperma ikan jantan.
2.Internal:pembuahan terjadi didalam tubuh ikan betina, ada coetus lah... contoh:elasmobranch, livebearers
3.Buccal (in the mouth): pembuahan terjadi di mulut ikan betina (tapi bukan oral sex lho), telur yang dikeluarkan betina dimasukkan dalam mulutnya kemudian disemprot sperma pejantan tangguh. Biasanya telur yang telah menetas akan tetap berada di mulut induknya selama waktu tertentu. contoh: beberpa jenis cichlids, ikan arwana

PENGASUHAN OLEH INDUK
1.Induk tidak mengasuh anaknya, contoh: sebagian besar species ikan
2.Ikan jantan menjaga dan mengasuh anaknya, contoh: ikan cupang (Betta sp.), sea catfishes, greenlings
3.Betina mengasuh anaknya:
Ovipar tanpa pengasuhan pasca pemijahan, contoh: Oreochromis
Ovovivipar tanpa disertai pengasuhan setelah pemijahan, contoh: rock fishes (Sebastes)
Vivipar tanpa disertai pengasuhan setelah pemijahan, contoh: elasmobranch, Poecillia
3.Pengasuhan bersama ikan jantan dan betina, contoh: discus, cichlasoma
4.Bantuan oleh juvenil lainnya: beberapa jeniscichlid Afrika.

Jumat, 18 Desember 2009

TANAMAN JATI HASIL KULTUR JARINGAN

TANAMAN JATI HASIL KULTUR JARINGAN

Jati hasil kultur jaringan yang beredar saat ini dengan klon dari berbagai asal-usul di luar negeri, perlu dikaji lebih cermat karena pada umumnya klon yang berasal dari kultur jaringan bersifat site spesific, sehingga belum tentu cocok dikembangkan di setiap lokasi di Indonesia.

Perbanyakan secara kultur jaringan bukan merupakan metode pemuliaan, tetapi hanya merupakan suatu metode perbanyakan biasa sehingga tidak dapat memperbaiki kualitas genetik bibit. Oleh karenanya perlu didukung adanya uji klon unggul untuk skala operasional.

Oleh karena itu dalam program pengembangan jati diminta agar dilaksanakan koordinasi yang intensif dan memperhatikan beberapa hal sebagai berikut :
1).Penggunaan klon-klon jati lokal dengan jumlah (klon) yang lebih besar dan jelas asal-usulnya untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan di masa yang akan datang.

2).Informasi yang tersebar tentang jati yang dapat dipanen pada umur 15 tahun, masih perlu dilakukan kajian lebih lanjut dari berbagai aspek antara lain aspek genetik. Sebab aspek genetik sangat berperan dalam meningkatkan kualitas dan produktivitas tanaman melalui uji genetik. Untuk itu perlu dilakukan plot uji coba genetik pada setiap lokasi pengembangan yang akan dilakukan dan dapat dimonitor serta diamati perkembangannya. Perlu diinformasikan bahwa Badan Litbang Kehutanan sedang melakukan uji coba genetik jati dari berbagai sumber/provenance.

3).Di samping faktor genetik, manipulasi faktor lingkungan seperti jarak tanam, pemupukan, pemeliharaan, pola tanam dan lain-lainnya merupakan hal penting yang harus dilakukan dan ternyata memberikan hasil yang signifikan.

Rabu, 16 Desember 2009

Budidaya Tebu


Budidaya Tebu


Secara Teknis Pembukaan Lahan Tanaman Tebu dikenal adanya Sistem Reynoso (Manual) dan Sistem Mekanisasi ( Plough Out ). Pekerjaan pendahuluan yang perlu dilakukan adalah Pasang Ajir ( Nyiku ). Pekerjaan ini bertujuan menentukan arah tegak lurus antara Got Malang dengan Got Mujur atau Juringan.


PEMBUKAAN LAHAN

a.SISTEM MEKANISASI ( Plough Out )
Adalah Sistem yang menggunakan Traktor / Mekanisasi sebagai Alat Kerjanya. Urut-urutanya adalah 2 kali BAJAK dengan arah berbeda ( Cross ) yang selanjutnya dibuat KAIRAN. Setelah itu dilakukan Pembuatan Got dan selanjutnya Tanam.

b.SISTEM REYNOSO ( Manual )
Adalah Sistem yang dikerjakan dengan Sistem Manual / Orang dan berprinsip pada Pembuatan Gog-got untuk Penampungan dan Pembuangan Air. Urut-urutanya adalah :

- Pembuatan Patusan / Saluran Pembuangan / Afvoer
Tujuannya adalah untuk Membuang air yang masih didalam kebun apabila terjadi kelebihan air. Kedalamannya adalah 90 cm, dan Lebar 80 cm.

- Pembuatan Got Keliling
Got Keliling merupakan Got-got yang mengelilingi sesuai bentuk Kebun. Got Keliling berfungsi menampung kelebihan air dari Got-got didalam kebun. Ukurannya adalah Dalam 70 cm, dan Lebar 80 cm.

- Pembuatan Got Mujur
Got Mujur berfungsi menampung kelebihan air dari Got Malang. Arah Got Mujur tegak lurus dengan Got Malang atau Juringan. Ukuran Got Mujur adalah Dalam 70 cm, dan Lebar 60 cm.

- Pembuatan Got Malang
Got Malang berfungsi untuk menampung kelebihan air dari Juringan, menurunkan Permukaan Air Tanah dan menahan Air sementara guna pekerjaan Sirat / Ebor. Arah Got Malang adalah searah dengan Kemiringan Tanah. Ukuran Got Malang adalah Dalam 60 cm, dan Lebar 50 cm.

- Pembuatan Lubang I ( Cemplong )
Pekerjaan ini meliputi penentuan PKP 104 cm, kemudian diolah menggunakan Lencek selebar 50 cm dan kedalaman 20 cm.

- Pembuatan Lubang II ( Garbon )
Yang dilakukan adalah memperdalam Lubang I menggunakan Alat Garbu sedalam 20 cm. Sehingga kedalaman akhir Juringan diharapkan mencapai 35 cm.


PENGADAAN BAHAN TANAM / BIBIT

Bibit terbagi menjadi 3 kelompok, yaitu Masak Awal, Masak Tengah dan Masak Akhir. Penentuan Komposisi Bibit secara Umum dikaitkan dengan Tingkat Kemasakannya, Masa Tanam, Iklim, Kondisi Lahan serta Lamanya Musim Giling. Bibit-bibit yang ditanam diharapkan mempunyai kriteria :
- Mempunyai Potensi Kuintal Tebu dan Rendemen tinggi.
- Mempunyai Tingkat Kemurnian tinggi ( > 90 % )
- Bebas dari Hama dan Penyakit
- Mempunyai Daya Kecambah tinggi
- Tahan terhadap kekeringan dan Kepras serta Tidah roboh.


PERSIAPAN TANAM DAN TANAM

Yang perlu diperhatikan dalam pekerjaan ini adalah :
a. Alat yang digunakan; antara lain Pisau Bibit / Gobet, Kandang Rese dan Keranjang / zak tempat ecer bibit.
b. Disinfectan; yang bertujuan untuk membunuh Bakteri pada Pisau Bibit.
c. Bibit Bagal 2 – 3 mata yang berasal dari Kebun Bibit Datar ( KBD ) yang sudah berumur 6 – 7 bulan.
d. Didahului Pekerjaan Pendahuluan yaitu :
- Jugrug, yait menurunkan tanah halus dari atas guludan sebagai media tanam.
- Potol Bokong, yaitu tanah di masing-masing juringan di tarik ke tengah selebar +/- 75 cm sebagai jalan pekerja tanam, tempat bibit dan tempat tanah got.
- Ebor / Pemberian Air pada Tanah Kasura.
Dan yang disebut Tanam sendiri adalah meletakan / menencapkan bibit kedalam Kasuran / Media Tanam. Rata-rata jumlah bagal tiap juring adalah 35 bibit atau tergantung kesediaan bibitnya.



PEMELIHARAAN KEBUN TEBU GILING

a. S u l a m
Tujuannya adalah untuk melengkapi jumlah populasi tanaman setiap juringnya agar sesuai dengan standar yang ditentukan. Pelaksanaan Sulam I dilakukan 2 minggu setelah Tanam, dan Sulam II dilakukan 1 bulan setelah Tanam.

b. Pemupukan
Tujuannya adalah untuk menembah unsur hara di dalam tanah yang dibutuhkan oleh tanaman. Dosis Pupuk Standar yang diberikan setiap daerah berbeda dengan daerah lainnya tergantung dari hasil Analisa Hara dalam tanah. Contoh Dosis yang lazim diberikan adalah ZA = 8 kui / ha; SP-36 = 2 kui / ha dan KCl = 2 kui / ha. Pupuk diberikan 2 tahap yaitu :
- Pupuk I = ZA 4 kui / ha dan SP-36 2 kui / ha diberikan bertepatan dengan tanam atau 7 hari setelah tanam.
- Pupuk I = ZA 4 kui / ha dan KCl 2 kui / ha diberikan 1 bulan setelah tanam.

c. Penyiraman / Pengairan
Tujuannya adalah untuk mencukupi kebutuhan Air bagi Proses Pertumbuhan Tanaman. Kekurangan air akan sangat berpengaruh pada Produksi. Dalam pelaksanaannya Pengairan meliputi :
- Ebor Muka Tanam, dilakukan sebelum bibit ditanam untuk membuat kondisi tanah basah.
- Sirat Patri, dilakukan 3 – 4 hari setelah tanam dengan tujuan memacu perkecambahan tunas dan mempercepat pertumbuhan akar.
- Ebor Pupuk I, dilakukan setelah Pupuk I dengan tujuan melarutkan pupuk supaya segera dapat diserap oleh Tanaman.
- Ebor Pupuk II, dilakukan setelah Pupuk II dengan tujuan melarutkan pupuk supaya segera dapat diserap oleh Tanaman.
- Ebor Muka Bumbun II, bertujuan untuk menghancurkan lungko agar dalam pelaksanaan Bumbun II nantinya akan didapatkan tanah yang halus.
- Ebor Muka Bumbun III, bertujuan untuk memberikan air yang cukup untuk tanaman juga untuk memudahkan pelaksanaan Bumbun III.
- Ebor Garbu Muka Gulud, diberikan dalam jumlah yang cukup banyak karena tanah yang diolah adalah tanah waras. Tujuannya adalah untuk memudahkan pelaksanaan Garbu.
- Ebor Muka Gulud, diberikan pada tanah guludan yang telah digarbu. Tujuannya adalah agar tanah blabagan menjadi gembur dan mudah dibuat guludan.

d. Pembumbunan / Tamping
Pembumbunan bertujuan memberikan tanah sebagai media tumbuh disekitar tanaman tebu, menutup bagal dan pupuk, memberi makanan tanaman, mempercepat pertumbuhan akar, mempercepat pertumbuhan anakan, menghambat pertumbuhan Gulma dan memperkokoh tegaknya tanaman.
Pembumbunan yang dilakukan antara lain :
- Tamping I ( Kriwil ), dilakukan 3 – 4 minggu setelah tanam. Caranya adalah dengan menurunkan butiran tanah yang kering dan halus +/- 5 – 7 cm.
- Tamping II ( Gombeng ), dilakukan 5 – 6 minggu setelah tanam. Caranya adalah menurunkan tanah kering sebesar telur dengan ketebalan sedikit dibawah tanah waras. Tanah yang disisakan di Guludan +/- sepertiga bagian.
- Tamping III ( Tamping habis ), dilakukan 11 – 12 bulan setelah tanam. Bumbun III ini juga berfungsi untuk membatasi jumlah anakan ( 70 – 75 batang per juring ) sehingga besar tiap batang bisa merata.
- Gulud Akhir, dilakukan pada Awal Musim Hujan antara Desember – Januari. Sebelum pelaksanaan Gulud terlebih dahulu dilakukan Rewos. Caranya adalah blabagan yang sudah digarbu kemudian diberi air cukup, kemudian tanah diipukan pada pangkal batang, dirapatkan dan diinjak-injak sehingga guludan menjadi padat.

e. Pengendalian Gulma
Tujuannya adalah untuk membersihkan kebun dari segala macam jenis gulma yang ada. Apalagi dalam kondisi tanaman masih kecil dan perakaran masih dangkal, maka gulma yang berada di sekitar tanaman menjadi Saingan dalam mendapatkan Hara. Pekerjaan ini bisa dilakukan baik secara Manual atau Chemis ( Herbisida ). Pekerjaan ini sebaiknya dilakukan 1 – 2 hari setelah tanam menggunakan Gesapax 2 kg / ha dicampur dengan DMA 6 1,5 ltr / ha. Dengan Manual dilakukan berbarengan dengan Pekerjaan Tamping / Bumbun.

f. K l e n t e k
Tujuan Klentek adalah :
- Memperbaiki Sirkulasi Udara di dalam kebun sehingga dapat mencegah Hama dan Penyakit.
- Mempercepat kerasnya batang tebu dan mempercepat Fase Kemasakan.
- Menghindari Tebu Roboh
- Memperkecil peluang Tebu Terbakar
- Menunjang Kualitas Kebersihan Tebangan
Pekerjaan Klentek meliputi :
- Rewos, dengan cara membuang 3 – 5 daun kering sebelum Gulud.
- Klentek I, dengan cara membuang 5 – 6 daun kering saat tebu telah mencapai 8 – 10 ruas.
- Klentek II, dengan cara membuang 5 – 6 daun kering saat tebu telah mencapai 22 ruas.
g. Pemberantasan Hama dan Penyakit
Pekerjaan ini dapat dilakukan secara Manual ( Roges ) dan secara Chemis dengan menggunakan Insektisida ( contoh = Demicron 50 SC untuk Kutu Bulu Putih dan Supracide untuk Cabuk Hitam, dll. ). Salah satu alternatif Dalam Pemberantasan Hama dan Penyakit adalan dengan menggunakan Metode Pengendalian Hayati seperti Jenis Trichograma sp yang bisa untuk memberantas telur Penggerek Pucuk.


TEBANG DAN ANGKUT TEBU

Pelaksanaan Tebang Muat Angkut harus direncanakan secara matang dengan dibuat Daftar Nominasi Tebang per Kebun, karena Tebu adalah Tanaman Semusim yang nilai Produksinya sangat ditentukan oleh suatu batasan waktu.
Dasar Pertimbangan Tebang Muat Angkut adalah :
- Nilai Kemasakan Tebu, dengan adanya Analisa Pendahuluan untuk mengetahui Faktor Kemasakan, Kosien Peningkatan dan Kosien Daya Tahan.
- Rencana Kapasitas Giling Pabrik
- Faktor-faktor lain, seperti Keadaan Visual Tanaman, Situasi Kebun Sulit, Serangan Hama dan Penyakit, Tebu Terbakar dan Faktor Keamanan Kebun.


PEMELIHARAAN TANAMAN KEPRASAN

Pekerjaan Kepras harus dilakukan secepat mungkin setelah ditebang. Hal ini bertujuan agar Tunas yang dikepras masih dalam keadaan segar sehingga pertumbuhan tunas nantinya baik. Sebelum Keprasan perlu dilakukan Pembersihan dan Pembakaran sisa-sisa tanaman dan daduk. Keprasan dilakukan dengan cara manual menggunakan cangkul. Bentuk hasil Keprasan melihat apakah tanaman tersebut bekas TS I atau bekas keprasan yang sudah dikepras berulang-ulang. Untuk bekas tanaman TS I dibuat Model “U“, sedangkan untuk bekas keprasan yang sudah dikepras berkali-kali dibuat Model “W”.

Pemeliharaan Tanaman Keprasan pada dasarnya sama dengan Pemeliharaan Tanaman TS I, hanya yang membedakan adalah :

- PEDOT OYOT, dilakukan segera setelah dikepras. Tujuannya adalah untuk memutus akar lama dan mendorong tumbuhnya akar-akar baru yang sehat dan kuat, juga berguna

Senin, 14 Desember 2009

Tanaman Landep – Tanaman Obat

Tanaman Landep – Tanaman Obat

Tanaman landep ( Barleriae prionitis ) tempat pertumbuhannya di Indonesia, terutama diberbagai daerah di Jawa.

Daun-daunnya yang banyak diperlukan sebagai bahan obat berbau agak lemah dan rasanya pahit.

Uraian makroskopiknya:
a.Daun bagian bawah bertangkai panjang
b.Daun dibagian atas ranting bertangkai duduk atau agak pendek
c.Berbentuk jorong miring sampai bentuk sudip, ujungnya menyerupai duri , pangkalnya meruncing
d.Daun berukuran panjang 2 cm sampai 18 cm,lebar daun 0,2 cm sampai 6,5 cm

Tanaman ini banyak terdapat di Tanah Air kita, terutama di Jawa, berkandunagan glukosida, sedikit damar, kalium dan silikat.

Daun landep banyak diperlukan sebagai bahan obat penyembuh penyakit encok , rematik, dosis yang diperlukan 2 gram sampai 5 gram.

Selasa, 08 Desember 2009

Tanaman Pacar Cina – Tanaman Obat

Tanaman Pacar Cina – Tanaman Obat

Tanaman pacar cina (Aglaiae folium atau tepatnya Aglaiae ordorata Lour) termasuk family Meliaceae , tempat tumbuhnya yang utama di Indonesia di Jawa.

Daun-daunnya yang berbau Aromatik, agak lemah dan rasanya agak pahit, banyak diperlukan sebagai bahan bakal obat. Berdasarkan tinjauan makroskopiknya, helai-helai anak daunya berbentuk bulat telur terbalik dan memanjang, berpangkal daun yang runcing, berukuran panjang sekitar 2 cm sampai 11 cm, lebar sekitar 1 cm sampai 4,5 cm , bertangkai daun agak pendek.

Daun daunya berkandungan alkaloide , dammar dan garam-garam mineral. Daun pacar cina banyak diperlukan sebagai bahan obat penyembuh penyakit gonorrhoe , dengan dosis yang biasa antara 2 gram sampai 6 gram.

Senin, 07 Desember 2009

Tanaman Kecubung Gunung

Tanaman Kecubung Gunung

Tanaman kecubung Gunung (Brugmansia candida Pers atau Brugmansia suaveolens B dan Pr) termasuk family Solanaceae, banyak terdapat di Tanah Air Kita di berbagai daerah, kadang-kadang kurang diperhatikan terutama oleh mereka yang tidak mengetahui khasiatnya.

Daunya memang berbau yang kurang enak dan rasanya pahit. Makroskopiknya dapat dikemukakan sebagai berikut:

a.Bentuk daun bulat telur – bulat telur memanjang sehingga mirip dengan bentuk lidah tombak.
b.Daunnya berujung Runcing
c.Pangkal daun sering tidak setangkup
d.Ukuran daun memang cukup besar , panjang sekitar 9 cm sampai 35 cm dengan lebar sekitar 4 cm sampai 17 cm.

Kandungan zat-zat pada daun-daun kecubung gunung yang banyak diperlukan farmasi dan industri-industri obat-obatan ini yaitu Alkaloida, hiosiamina dan skopolamina, khasiatnya sebagai penyembuh : sesak nafas, nyeri sehubungan dengan datang bulan (haid), parkisinisme dan parasimpatolitik. Dosis penggunaannya untuk sekali pengobatan 50 mg samai 100 mg (maksimum 150 mg) dan dalam sehari haruas dilakukan 2 kali (100 mg sampai 200 mg, maksimum 500 mg).