Minggu, 27 Desember 2009

Pola Pemijahan (Reproduksi) Ikan

Pola Pemijahan (Reproduksi) Ikan

Tingkah laku dan proses reproduksi pada ikan merupakan hal yang sangat menarik untuk dipelajari. Kami telas membuat ringkasan tentang pemijahan (perkawinan) ikan berdasarkan jumlah pemijahan dalam satu tahun, pemilihan pasangan, jenis kelamin, pembuatan dan tipe sarang, serta pemeliharaan anak dan lainnya. Tentu saja mekanisme pemijahan pada ikan tidaklah sederhana, tetapi dipengaruhi banyak faktor baik internal maupun eksternal. Tulisan ini dibuat dengan tujuan untuk mempermudah pemahaman kita tentang pemijahan ikan. Jika ingin tahu lebih detail, silakan baca artikel saya yang lainnya di site ini.

KESEMPATAN MELAKUKAN PEMIJAHAN
A.Semelparous (memijah sekali kemudian mati)
Contoh: lampreys, river eels (sidat/pelus), some knifefish (ikan pisau-pisau)

B.Iteroparous (memijah beberapa kali sepanjang hidupnya)
1.Memijah sepanjang tahun, pemijahan hanya dilakukan sekali setiap tahun, tetapi dengan masa pemijahan yang panjang. Pematangan telur tidak terjadi secara bersamaan, sehingga telur yang dikeluarkan dan menetas pun tdak bersamaan.
contoh: ikan-ikan rivulines

2.Pemijahan dilakukan beberapa kali dalam satu tahun
contoh: sebagian besar ikan asuk dalam kategori ini (elasmobranch (ikan bertulang rawan), lungfishes (ikan berparu-paru), perciforms, Betta spp. (ikan adu).

PASANGAN DALAM PEMIJAHAN
1.Promiscuous: ikan jantan dan betina masing-masing memiliki beberapa pasangan dalam satu musim pemijahan. Jadi ikan jantan akan membuahi beberapa ikan betina dan ikan betina akan dibuahi oleh beberapa pejantan, semacam "swinger" begitu...he he he
contoh: herring, livebearers, sticklebacks, surgeonfish

2.Polygamous Polygyny: ikan jantan memiliki beberapa pasangan dalam satu musim pemijahan
contoh: sebagian besar jenis chichlids (mujahir), serranidae, angelfish (maanvis), gurami.

3.Polyandry : ikan betina memiliki beberapa pasangan dalam satu musim pemijahan.
contoh: anemone fishes (ingat anemone, pasti ingat NEMO kan?)

4.Monogamy : ikan memijah dengan pasangan yang sama selama beberapa periode pemijahan (wah setia banget yach...)
contoh: serranus (jenis beronang), beberpa jenis cichlid (misalnya ikan Oscar), jawfish, hamlets

JENIS KELAMIN IKAN
1.Gonochoristic : jenis kelamin jelas dan tidak berubah ketika ikan sudah matang kelamin)
contoh: sebagian besar ikan masuk kategori ini (elasmobranch, cypriniforms, salmoniforms)

2.Hermaphroditic : keungkinan terjadi perubahan kelamin setelah pematangan gonad
a.Simultaneous (satu individu ikan mempnyai dua jenis kelamin yaitu jantan dan betina). Contoh: rivulus, hamlet, serranus
b.Sequential (ikan mengalami perubahan kelamin dari jantan ke betina, atau sebaliknya)
c.Protandrous (ikan pada awalnya berjenis kelamin betina, kemudian berubah menjadi jantan)
contoh: anemonefishes, lates calcalifer (ikan kakap)
d.Protogynous (jenis kelamin awal betina, kemudian berubah menjadi jantan)
contoh: Angelfishes, Ephinephelus sp.

PARTHENOGENETIC (EGG DEVELOPMENT OCCURS WITHOUT FERTILIZATION)
1.Gynogenetic: ikan jantan tidak membuahi ikan betina, tetapi hanya mengaktifkan telurnya saja.
contoh: Poeciliopsis, Poecilia Formosa (no male contribution, only egg activation)
2.Hybridogenetic: ikan jantan membuahi ikan betina pada satu musim pemijahan, tetapi tidak pada musim pemajah berikutnya.
contoh: Poeciliopsis (male contribution discarded each generation)

KARAKTERISTIK JENIS KELAMIN SEKUNDER
Monomorphic
Sexually dimorphic
Polymorphic

PERSIAPAN SARANG PEMIJAHAN
1.Tidak membuat sarang, dilakukan oleh ikan yang cenderung meyerakkan (menyebarkan) telurnya ke perairan. contoh: ikan salmon, ikan tawes dan nilem
2.Membuat dan menjaga sarangnya, contoh: ikan gobi, gurami, cichlid (mujahir).

TEMPAT TERJADINYA PEMBUAHAN
1.External: pembuahan terjadi diluar tubuh induknya, telur keluar dari tubuh ikan betina kemudian akan disemprot oleh sperma ikan jantan.
2.Internal:pembuahan terjadi didalam tubuh ikan betina, ada coetus lah... contoh:elasmobranch, livebearers
3.Buccal (in the mouth): pembuahan terjadi di mulut ikan betina (tapi bukan oral sex lho), telur yang dikeluarkan betina dimasukkan dalam mulutnya kemudian disemprot sperma pejantan tangguh. Biasanya telur yang telah menetas akan tetap berada di mulut induknya selama waktu tertentu. contoh: beberpa jenis cichlids, ikan arwana

PENGASUHAN OLEH INDUK
1.Induk tidak mengasuh anaknya, contoh: sebagian besar species ikan
2.Ikan jantan menjaga dan mengasuh anaknya, contoh: ikan cupang (Betta sp.), sea catfishes, greenlings
3.Betina mengasuh anaknya:
Ovipar tanpa pengasuhan pasca pemijahan, contoh: Oreochromis
Ovovivipar tanpa disertai pengasuhan setelah pemijahan, contoh: rock fishes (Sebastes)
Vivipar tanpa disertai pengasuhan setelah pemijahan, contoh: elasmobranch, Poecillia
3.Pengasuhan bersama ikan jantan dan betina, contoh: discus, cichlasoma
4.Bantuan oleh juvenil lainnya: beberapa jeniscichlid Afrika.

Jumat, 18 Desember 2009

TANAMAN JATI HASIL KULTUR JARINGAN

TANAMAN JATI HASIL KULTUR JARINGAN

Jati hasil kultur jaringan yang beredar saat ini dengan klon dari berbagai asal-usul di luar negeri, perlu dikaji lebih cermat karena pada umumnya klon yang berasal dari kultur jaringan bersifat site spesific, sehingga belum tentu cocok dikembangkan di setiap lokasi di Indonesia.

Perbanyakan secara kultur jaringan bukan merupakan metode pemuliaan, tetapi hanya merupakan suatu metode perbanyakan biasa sehingga tidak dapat memperbaiki kualitas genetik bibit. Oleh karenanya perlu didukung adanya uji klon unggul untuk skala operasional.

Oleh karena itu dalam program pengembangan jati diminta agar dilaksanakan koordinasi yang intensif dan memperhatikan beberapa hal sebagai berikut :
1).Penggunaan klon-klon jati lokal dengan jumlah (klon) yang lebih besar dan jelas asal-usulnya untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan di masa yang akan datang.

2).Informasi yang tersebar tentang jati yang dapat dipanen pada umur 15 tahun, masih perlu dilakukan kajian lebih lanjut dari berbagai aspek antara lain aspek genetik. Sebab aspek genetik sangat berperan dalam meningkatkan kualitas dan produktivitas tanaman melalui uji genetik. Untuk itu perlu dilakukan plot uji coba genetik pada setiap lokasi pengembangan yang akan dilakukan dan dapat dimonitor serta diamati perkembangannya. Perlu diinformasikan bahwa Badan Litbang Kehutanan sedang melakukan uji coba genetik jati dari berbagai sumber/provenance.

3).Di samping faktor genetik, manipulasi faktor lingkungan seperti jarak tanam, pemupukan, pemeliharaan, pola tanam dan lain-lainnya merupakan hal penting yang harus dilakukan dan ternyata memberikan hasil yang signifikan.

Rabu, 16 Desember 2009

Budidaya Tebu


Budidaya Tebu


Secara Teknis Pembukaan Lahan Tanaman Tebu dikenal adanya Sistem Reynoso (Manual) dan Sistem Mekanisasi ( Plough Out ). Pekerjaan pendahuluan yang perlu dilakukan adalah Pasang Ajir ( Nyiku ). Pekerjaan ini bertujuan menentukan arah tegak lurus antara Got Malang dengan Got Mujur atau Juringan.


PEMBUKAAN LAHAN

a.SISTEM MEKANISASI ( Plough Out )
Adalah Sistem yang menggunakan Traktor / Mekanisasi sebagai Alat Kerjanya. Urut-urutanya adalah 2 kali BAJAK dengan arah berbeda ( Cross ) yang selanjutnya dibuat KAIRAN. Setelah itu dilakukan Pembuatan Got dan selanjutnya Tanam.

b.SISTEM REYNOSO ( Manual )
Adalah Sistem yang dikerjakan dengan Sistem Manual / Orang dan berprinsip pada Pembuatan Gog-got untuk Penampungan dan Pembuangan Air. Urut-urutanya adalah :

- Pembuatan Patusan / Saluran Pembuangan / Afvoer
Tujuannya adalah untuk Membuang air yang masih didalam kebun apabila terjadi kelebihan air. Kedalamannya adalah 90 cm, dan Lebar 80 cm.

- Pembuatan Got Keliling
Got Keliling merupakan Got-got yang mengelilingi sesuai bentuk Kebun. Got Keliling berfungsi menampung kelebihan air dari Got-got didalam kebun. Ukurannya adalah Dalam 70 cm, dan Lebar 80 cm.

- Pembuatan Got Mujur
Got Mujur berfungsi menampung kelebihan air dari Got Malang. Arah Got Mujur tegak lurus dengan Got Malang atau Juringan. Ukuran Got Mujur adalah Dalam 70 cm, dan Lebar 60 cm.

- Pembuatan Got Malang
Got Malang berfungsi untuk menampung kelebihan air dari Juringan, menurunkan Permukaan Air Tanah dan menahan Air sementara guna pekerjaan Sirat / Ebor. Arah Got Malang adalah searah dengan Kemiringan Tanah. Ukuran Got Malang adalah Dalam 60 cm, dan Lebar 50 cm.

- Pembuatan Lubang I ( Cemplong )
Pekerjaan ini meliputi penentuan PKP 104 cm, kemudian diolah menggunakan Lencek selebar 50 cm dan kedalaman 20 cm.

- Pembuatan Lubang II ( Garbon )
Yang dilakukan adalah memperdalam Lubang I menggunakan Alat Garbu sedalam 20 cm. Sehingga kedalaman akhir Juringan diharapkan mencapai 35 cm.


PENGADAAN BAHAN TANAM / BIBIT

Bibit terbagi menjadi 3 kelompok, yaitu Masak Awal, Masak Tengah dan Masak Akhir. Penentuan Komposisi Bibit secara Umum dikaitkan dengan Tingkat Kemasakannya, Masa Tanam, Iklim, Kondisi Lahan serta Lamanya Musim Giling. Bibit-bibit yang ditanam diharapkan mempunyai kriteria :
- Mempunyai Potensi Kuintal Tebu dan Rendemen tinggi.
- Mempunyai Tingkat Kemurnian tinggi ( > 90 % )
- Bebas dari Hama dan Penyakit
- Mempunyai Daya Kecambah tinggi
- Tahan terhadap kekeringan dan Kepras serta Tidah roboh.


PERSIAPAN TANAM DAN TANAM

Yang perlu diperhatikan dalam pekerjaan ini adalah :
a. Alat yang digunakan; antara lain Pisau Bibit / Gobet, Kandang Rese dan Keranjang / zak tempat ecer bibit.
b. Disinfectan; yang bertujuan untuk membunuh Bakteri pada Pisau Bibit.
c. Bibit Bagal 2 – 3 mata yang berasal dari Kebun Bibit Datar ( KBD ) yang sudah berumur 6 – 7 bulan.
d. Didahului Pekerjaan Pendahuluan yaitu :
- Jugrug, yait menurunkan tanah halus dari atas guludan sebagai media tanam.
- Potol Bokong, yaitu tanah di masing-masing juringan di tarik ke tengah selebar +/- 75 cm sebagai jalan pekerja tanam, tempat bibit dan tempat tanah got.
- Ebor / Pemberian Air pada Tanah Kasura.
Dan yang disebut Tanam sendiri adalah meletakan / menencapkan bibit kedalam Kasuran / Media Tanam. Rata-rata jumlah bagal tiap juring adalah 35 bibit atau tergantung kesediaan bibitnya.



PEMELIHARAAN KEBUN TEBU GILING

a. S u l a m
Tujuannya adalah untuk melengkapi jumlah populasi tanaman setiap juringnya agar sesuai dengan standar yang ditentukan. Pelaksanaan Sulam I dilakukan 2 minggu setelah Tanam, dan Sulam II dilakukan 1 bulan setelah Tanam.

b. Pemupukan
Tujuannya adalah untuk menembah unsur hara di dalam tanah yang dibutuhkan oleh tanaman. Dosis Pupuk Standar yang diberikan setiap daerah berbeda dengan daerah lainnya tergantung dari hasil Analisa Hara dalam tanah. Contoh Dosis yang lazim diberikan adalah ZA = 8 kui / ha; SP-36 = 2 kui / ha dan KCl = 2 kui / ha. Pupuk diberikan 2 tahap yaitu :
- Pupuk I = ZA 4 kui / ha dan SP-36 2 kui / ha diberikan bertepatan dengan tanam atau 7 hari setelah tanam.
- Pupuk I = ZA 4 kui / ha dan KCl 2 kui / ha diberikan 1 bulan setelah tanam.

c. Penyiraman / Pengairan
Tujuannya adalah untuk mencukupi kebutuhan Air bagi Proses Pertumbuhan Tanaman. Kekurangan air akan sangat berpengaruh pada Produksi. Dalam pelaksanaannya Pengairan meliputi :
- Ebor Muka Tanam, dilakukan sebelum bibit ditanam untuk membuat kondisi tanah basah.
- Sirat Patri, dilakukan 3 – 4 hari setelah tanam dengan tujuan memacu perkecambahan tunas dan mempercepat pertumbuhan akar.
- Ebor Pupuk I, dilakukan setelah Pupuk I dengan tujuan melarutkan pupuk supaya segera dapat diserap oleh Tanaman.
- Ebor Pupuk II, dilakukan setelah Pupuk II dengan tujuan melarutkan pupuk supaya segera dapat diserap oleh Tanaman.
- Ebor Muka Bumbun II, bertujuan untuk menghancurkan lungko agar dalam pelaksanaan Bumbun II nantinya akan didapatkan tanah yang halus.
- Ebor Muka Bumbun III, bertujuan untuk memberikan air yang cukup untuk tanaman juga untuk memudahkan pelaksanaan Bumbun III.
- Ebor Garbu Muka Gulud, diberikan dalam jumlah yang cukup banyak karena tanah yang diolah adalah tanah waras. Tujuannya adalah untuk memudahkan pelaksanaan Garbu.
- Ebor Muka Gulud, diberikan pada tanah guludan yang telah digarbu. Tujuannya adalah agar tanah blabagan menjadi gembur dan mudah dibuat guludan.

d. Pembumbunan / Tamping
Pembumbunan bertujuan memberikan tanah sebagai media tumbuh disekitar tanaman tebu, menutup bagal dan pupuk, memberi makanan tanaman, mempercepat pertumbuhan akar, mempercepat pertumbuhan anakan, menghambat pertumbuhan Gulma dan memperkokoh tegaknya tanaman.
Pembumbunan yang dilakukan antara lain :
- Tamping I ( Kriwil ), dilakukan 3 – 4 minggu setelah tanam. Caranya adalah dengan menurunkan butiran tanah yang kering dan halus +/- 5 – 7 cm.
- Tamping II ( Gombeng ), dilakukan 5 – 6 minggu setelah tanam. Caranya adalah menurunkan tanah kering sebesar telur dengan ketebalan sedikit dibawah tanah waras. Tanah yang disisakan di Guludan +/- sepertiga bagian.
- Tamping III ( Tamping habis ), dilakukan 11 – 12 bulan setelah tanam. Bumbun III ini juga berfungsi untuk membatasi jumlah anakan ( 70 – 75 batang per juring ) sehingga besar tiap batang bisa merata.
- Gulud Akhir, dilakukan pada Awal Musim Hujan antara Desember – Januari. Sebelum pelaksanaan Gulud terlebih dahulu dilakukan Rewos. Caranya adalah blabagan yang sudah digarbu kemudian diberi air cukup, kemudian tanah diipukan pada pangkal batang, dirapatkan dan diinjak-injak sehingga guludan menjadi padat.

e. Pengendalian Gulma
Tujuannya adalah untuk membersihkan kebun dari segala macam jenis gulma yang ada. Apalagi dalam kondisi tanaman masih kecil dan perakaran masih dangkal, maka gulma yang berada di sekitar tanaman menjadi Saingan dalam mendapatkan Hara. Pekerjaan ini bisa dilakukan baik secara Manual atau Chemis ( Herbisida ). Pekerjaan ini sebaiknya dilakukan 1 – 2 hari setelah tanam menggunakan Gesapax 2 kg / ha dicampur dengan DMA 6 1,5 ltr / ha. Dengan Manual dilakukan berbarengan dengan Pekerjaan Tamping / Bumbun.

f. K l e n t e k
Tujuan Klentek adalah :
- Memperbaiki Sirkulasi Udara di dalam kebun sehingga dapat mencegah Hama dan Penyakit.
- Mempercepat kerasnya batang tebu dan mempercepat Fase Kemasakan.
- Menghindari Tebu Roboh
- Memperkecil peluang Tebu Terbakar
- Menunjang Kualitas Kebersihan Tebangan
Pekerjaan Klentek meliputi :
- Rewos, dengan cara membuang 3 – 5 daun kering sebelum Gulud.
- Klentek I, dengan cara membuang 5 – 6 daun kering saat tebu telah mencapai 8 – 10 ruas.
- Klentek II, dengan cara membuang 5 – 6 daun kering saat tebu telah mencapai 22 ruas.
g. Pemberantasan Hama dan Penyakit
Pekerjaan ini dapat dilakukan secara Manual ( Roges ) dan secara Chemis dengan menggunakan Insektisida ( contoh = Demicron 50 SC untuk Kutu Bulu Putih dan Supracide untuk Cabuk Hitam, dll. ). Salah satu alternatif Dalam Pemberantasan Hama dan Penyakit adalan dengan menggunakan Metode Pengendalian Hayati seperti Jenis Trichograma sp yang bisa untuk memberantas telur Penggerek Pucuk.


TEBANG DAN ANGKUT TEBU

Pelaksanaan Tebang Muat Angkut harus direncanakan secara matang dengan dibuat Daftar Nominasi Tebang per Kebun, karena Tebu adalah Tanaman Semusim yang nilai Produksinya sangat ditentukan oleh suatu batasan waktu.
Dasar Pertimbangan Tebang Muat Angkut adalah :
- Nilai Kemasakan Tebu, dengan adanya Analisa Pendahuluan untuk mengetahui Faktor Kemasakan, Kosien Peningkatan dan Kosien Daya Tahan.
- Rencana Kapasitas Giling Pabrik
- Faktor-faktor lain, seperti Keadaan Visual Tanaman, Situasi Kebun Sulit, Serangan Hama dan Penyakit, Tebu Terbakar dan Faktor Keamanan Kebun.


PEMELIHARAAN TANAMAN KEPRASAN

Pekerjaan Kepras harus dilakukan secepat mungkin setelah ditebang. Hal ini bertujuan agar Tunas yang dikepras masih dalam keadaan segar sehingga pertumbuhan tunas nantinya baik. Sebelum Keprasan perlu dilakukan Pembersihan dan Pembakaran sisa-sisa tanaman dan daduk. Keprasan dilakukan dengan cara manual menggunakan cangkul. Bentuk hasil Keprasan melihat apakah tanaman tersebut bekas TS I atau bekas keprasan yang sudah dikepras berulang-ulang. Untuk bekas tanaman TS I dibuat Model “U“, sedangkan untuk bekas keprasan yang sudah dikepras berkali-kali dibuat Model “W”.

Pemeliharaan Tanaman Keprasan pada dasarnya sama dengan Pemeliharaan Tanaman TS I, hanya yang membedakan adalah :

- PEDOT OYOT, dilakukan segera setelah dikepras. Tujuannya adalah untuk memutus akar lama dan mendorong tumbuhnya akar-akar baru yang sehat dan kuat, juga berguna

Senin, 14 Desember 2009

Tanaman Landep – Tanaman Obat

Tanaman Landep – Tanaman Obat

Tanaman landep ( Barleriae prionitis ) tempat pertumbuhannya di Indonesia, terutama diberbagai daerah di Jawa.

Daun-daunnya yang banyak diperlukan sebagai bahan obat berbau agak lemah dan rasanya pahit.

Uraian makroskopiknya:
a.Daun bagian bawah bertangkai panjang
b.Daun dibagian atas ranting bertangkai duduk atau agak pendek
c.Berbentuk jorong miring sampai bentuk sudip, ujungnya menyerupai duri , pangkalnya meruncing
d.Daun berukuran panjang 2 cm sampai 18 cm,lebar daun 0,2 cm sampai 6,5 cm

Tanaman ini banyak terdapat di Tanah Air kita, terutama di Jawa, berkandunagan glukosida, sedikit damar, kalium dan silikat.

Daun landep banyak diperlukan sebagai bahan obat penyembuh penyakit encok , rematik, dosis yang diperlukan 2 gram sampai 5 gram.

Selasa, 08 Desember 2009

Tanaman Pacar Cina – Tanaman Obat

Tanaman Pacar Cina – Tanaman Obat

Tanaman pacar cina (Aglaiae folium atau tepatnya Aglaiae ordorata Lour) termasuk family Meliaceae , tempat tumbuhnya yang utama di Indonesia di Jawa.

Daun-daunnya yang berbau Aromatik, agak lemah dan rasanya agak pahit, banyak diperlukan sebagai bahan bakal obat. Berdasarkan tinjauan makroskopiknya, helai-helai anak daunya berbentuk bulat telur terbalik dan memanjang, berpangkal daun yang runcing, berukuran panjang sekitar 2 cm sampai 11 cm, lebar sekitar 1 cm sampai 4,5 cm , bertangkai daun agak pendek.

Daun daunya berkandungan alkaloide , dammar dan garam-garam mineral. Daun pacar cina banyak diperlukan sebagai bahan obat penyembuh penyakit gonorrhoe , dengan dosis yang biasa antara 2 gram sampai 6 gram.

Senin, 07 Desember 2009

Tanaman Kecubung Gunung

Tanaman Kecubung Gunung

Tanaman kecubung Gunung (Brugmansia candida Pers atau Brugmansia suaveolens B dan Pr) termasuk family Solanaceae, banyak terdapat di Tanah Air Kita di berbagai daerah, kadang-kadang kurang diperhatikan terutama oleh mereka yang tidak mengetahui khasiatnya.

Daunya memang berbau yang kurang enak dan rasanya pahit. Makroskopiknya dapat dikemukakan sebagai berikut:

a.Bentuk daun bulat telur – bulat telur memanjang sehingga mirip dengan bentuk lidah tombak.
b.Daunnya berujung Runcing
c.Pangkal daun sering tidak setangkup
d.Ukuran daun memang cukup besar , panjang sekitar 9 cm sampai 35 cm dengan lebar sekitar 4 cm sampai 17 cm.

Kandungan zat-zat pada daun-daun kecubung gunung yang banyak diperlukan farmasi dan industri-industri obat-obatan ini yaitu Alkaloida, hiosiamina dan skopolamina, khasiatnya sebagai penyembuh : sesak nafas, nyeri sehubungan dengan datang bulan (haid), parkisinisme dan parasimpatolitik. Dosis penggunaannya untuk sekali pengobatan 50 mg samai 100 mg (maksimum 150 mg) dan dalam sehari haruas dilakukan 2 kali (100 mg sampai 200 mg, maksimum 500 mg).

Senin, 23 November 2009

Budidaya Sapi Perah


BUDIDAYA SAPI PERAH

PENDAHULUAN BUDIDAYA SAPI PERAH
Sapi adalah hewan ternak terpenting sebagai sumber daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan lainnya. Sapi menghasilkan sekitar 50% (45-55%) kebutuhan daging di dunia, 95% kebutuhan susu dan 85% kebutuhan kulit. Sapi berasal dari famili Bovidae. seperti halnya bison, banteng, kerbau (Bubalus), kerbau Afrika (Syncherus), dan anoa.

Domestikasi sapi mulai dilakukan sekitar 400 tahun SM. Sapi diperkirakan berasal dari Asia Tengah, kemudian menyebar ke Eropa, Afrika dan seluruh wilayah Asia. Menjelang akhir abad ke-19, sapi Ongole dari India dimasukkan ke pulau Sumba dan sejak saat itu pulau tersebut dijadikan tempat pembiakan sapi Ongole murni.

Pada tahun 1957 telah dilakukan perbaikan mutu genetik sapi Madura dengan jalan menyilangkannya dengan sapi Red Deen. Persilangan lain yaitu antara sapi lokal (peranakan Ongole) dengan sapi perah Frisian Holstein di Grati guna diperoleh sapi perah jenis baru yang sesuai dengan iklim dan kondisi di Indonesia.

SENTRA BUDIDAYA SAPI PERAH
Sentra peternakan sapi di dunia ada di negara Eropa (Skotlandia, Inggris, Denmark, Perancis, Switzerland, Belanda), Italia, Amerika, Australia, Afrika dan Asia (India dan Pakistan). Sapi Friesian Holstein misalnya, terkenal dengan produksi susunya yang tinggi (+ 6350 kg/th), dengan persentase lemak susu sekitar 3-7%. Namun demikian sapi-sapi perah tersebut ada yang mampu berproduksi hingga mencapai 25.000 kg susu/tahun, apabila digunakan bibit unggul, diberi pakan yang sesuai dengan kebutuhan ternak, lingkungan yang mendukung dan menerapkan budidaya dengan manajemen yang baik. Saat ini produksi susu di dunia mencapai 385 juta m2/ton/th, khususnya pada zone yang beriklim sedang. Produksi susu sapi di PSPB masih kurang dari 10 liter/hari dan jauh dari standar normalnya 12 liter/hari (rata-ratanya hanya 5-8 liter/hari).

JENIS SAPI PERAH
Secara garis besar, bangsa-bangsa sapi (Bos) yang terdapat di dunia ada dua, yaitu (1) kelompok yang berasal dari sapi Zebu (Bos indicus) atau jenis sapi yang berpunuk, yang berasal dan tersebar di daerah tropis serta (2) kelompok dari Bos primigenius, yang tersebar di daerah sub tropis atau lebih dikenal dengan Bos Taurus.

Jenis sapi perah yang unggul dan paling banyak dipelihara adalah sapi Shorhorn (dari Inggris), Friesian Holstein (dari Belanda), Yersey (dari selat Channel antara Inggris dan Perancis), Brown Swiss (dari Switzerland), Red Danish (dari Denmark) dan Droughtmaster (dari Australia). Hasil survei di PSPB Cibinong menunjukkan bahwa jenis sapi perah yang paling cocok dan menguntungkan untuk dibudidayakan di Indonesia adalah Frisien Holstein.

MANFAAT SAPI PERAH
Peternakan sapi menghasilkan daging sebagai sumber protein, susu, kulit yang dimanfaatkan untuk industri dan pupuk kandang sebagai salah satu sumber organik lahan pertanian.

PERSYARATAN LOKASI BUDIDAYA SAPI PERAH
Lokasi yang ideal untuk membangun kandang adalah daerah yang letaknya cukup jauh dari pemukiman penduduk tetapi mudah dicapai oleh kendaraan. Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meter dan sinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang serta dekat dengan lahan pertanian. Pembuatannya dapat dilakukan secara berkelompok di tengah sawah atau ladang.

PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA SAPI PERAH
A.Penyiapan Sarana dan Peralatan
Kandang dapat dibuat dalam bentuk ganda atau tunggal, tergantung dari jumlah sapi yang dimiliki. Pada kandang tipe tunggal, penempatan sapi dilakukan pada satu baris atau satu jajaran, sementara kandang yang bertipe ganda penempatannya dilakukan pada dua jajaran yang saling berhadapan atau saling bertolak belakang. Diantara kedua jajaran tersebut biasanya dibuat jalur untuk jalan.

Pembuatan kandang untuk tujuan penggemukan (kereman) biasanya berbentuk tunggal apabila kapasitas ternak yang dipelihara hanya sedikit. Namun, apabila kegiatan penggemukan sapi ditujukan untuk komersial, ukuran kandang harus lebih luas dan lebih besar sehingga dapat menampung jumlah sapi yang lebih banyak. Lantai kandang harus diusahakan tetap bersih guna mencegah timbulnya berbagai penyakit. Lantai terbuat dari tanah padat atau semen, dan mudah dibersihkan dari kotoran sapi. Lantai tanah dialasi dengan jerami kering sebagai alas kandang yang hangat.

Seluruh bagian kandang dan peralatan yang pernah dipakai harus disuci hamakan terlebih dahulu dengan desinfektan, seperti creolin, lysol, dan bahan-bahan lainnya. Ukuran kandang yang dibuat untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5×2 m atau 2,5×2 m, sedangkan untuk sapi betina dewasa adalah 1,8×2 m dan untuk anak sapi cukup 1,5×1 m per ekor, dengan tinggi atas + 2-2,5 m dari tanah. Temperatur di sekitar kandang 25-40 derajat C (rata-rata 33 derajat C) dan
kelembaban 75%. Lokasi pemeliharaan dapat dilakukan pada dataran rendah (100-500 m) hingga dataran tinggi (> 500 m).

B. Pembibitan
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh bibit sapi perah betina dewasa adalah:
1. produksi susu tinggi,
2. umur 3,5-4,5 tahun dan sudah pernah beranak,
3. berasal dari induk dan pejantan yang mempunyai keturunan produksi susu tinggi,
4. bentuk tubuhnya seperti baji,
5. matanya bercahaya, punggung lurus, bentuk kepala baik, jarak kaki depan atau kaki belakang cukup lebar serta kaki kuat,
6. ambing cukup besar, pertautan pada tubuh cukup baik, apabila diraba lunak, kulit halus, vena susu banyak, panjang dan berkelok-kelok, puting susu tidak lebih dari 4, terletak dalam segi empat yang simetris dan tidak terlalu pendek,
7. tubuh sehat dan bukan sebagai pembawa penyakit menular, dan
8. tiap tahun beranak.

Sementara calon induk yang baik antara lain:

1. berasal dari induk yang menghasilkan air susu tinggi,
2. kepala dan leher sedikit panjang, pundak tajam, badan cukup panjang, punggung dan pinggul rata, dada dalam dan pinggul lebar,
3. jarak antara kedua kaki belakang dan kedua kaki depan cukup lebar,
4. pertumbuhan ambing dan puting baik,
5. jumlah puting tidak lebih dari 4 dan letaknya simetris, serta
6. sehat dan tidak cacat.

Pejantan yang baik harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. umur sekitar 4-5 tahun,
2. memiliki kesuburan tinggi,
3. daya menurunkan sifat produksi yang tinggi kepada anak-anaknya,
4. berasal dari induk dan pejantan yang baik,
5. besar badannya sesuai dengan umur, kuat, dan mempunyai sifat-sifat pejantan yang baik,
6. kepala lebar, leher besar, pinggang lebar, punggung kuat,
7. muka sedikit panjang, pundak sedikit tajam dan lebar,
8. paha rata dan cukup terpisah,
9. dada lebar dan jarak antara tulang rusuknya cukup lebar,
10. badan panjang, dada dalam, lingkar dada dan lingkar perut besar, serta
11. sehat, bebas dari penyakit menular dan tidak menurunkan cacat pada keturunannya.

Prosedur :

1. Pemilihan Bibit dan Calon Induk
Untuk mengejar produktivitas ternak yang tinggi, diperlukan perbaikan lingkungan hidup dan peningkatan mutu genetik ternak yang bersangkutan. Bibit yang baru datang harus dikarantina untuk penularan penyakit. Kemudian bibit diberi minum air yang dicampur garam dapur, ditempatkan dalam kandang yang bersih dan ditimbang serta dicatat penampilannya.
2. Perawatan Bibit dan Calon Induk
Seluruh sapi perah dara yang belum menunjukkan tanda-tanda birahi atau belum bunting setelah suatu periode tertentu, harus disisihkan. Jika sapi yang disisihkan tersebut telah menghasilkan susu, sapi diseleksi kembali berdasarkan produksi susunya, kecenderungan terkena radang ambing dan temperamennya.
3. Sistim Pemuliabiakan
Seringkali sapi perah dara dikawinkan dengan pejantan pedaging untuk mengurangi risiko kesulitan lahir dan baru setelah menghasilkan anak satu dikawinkan dengan pejantan sapi perah pilihan. Bibit harus diberi kesempatan untuk bergerak aktif paling tidak 2 jam setiap hari.

C. Pemeliharaan
1. Sanitasi dan Tindakan Preventif
Pada pemeliharaan secara intensif sapi-sapi dikandangkan sehingga peternak mudah mengawasinya, sementara pemeliharaan secara ekstensif pengawasannya sulit dilakukan karena sapi-sapi yang dipelihara dibiarkan hidup bebas. Sapi perah yang dipelihara dalam naungan (ruangan) memiliki konsepsi produksi yang lebih tinggi (19%) dan produksi susunya 11% lebih banyak daripada tanpa naungan. Bibit yang sakit segera diobati karena dan bibit yang menjelang beranak dikering kandangkan selama 1-2 bulan.
2. Perawatan Ternak
Ternak dimandikan 2 hari sekali. Seluruh sapi induk dimandikan setiap hari setelah kandang dibersihkan dan sebelum pemerahan susu. Kandang harus dibersihkan setiap hari, kotoran kandang ditempatkan pada penampungan khusus sehingga dapat diolah menjadi pupuk. Setelah kandang dibersihkan, sebaiknya lantainya diberi tilam sebagai alas lantai yang umumnya terbuat dari jerami atau sisa-sisa pakan hijauan (seminggu sekali tilam tersebut harus dibongkar). Penimbangan dilakukan sejak sapi pedet hingga usia dewasa. Sapi pedet ditimbang seminggu sekali sementara sapi dewasa ditimbang setiap bulan atau 3 bulan sekali. Sapi yang baru disapih ditimbang sebulan sekali. Sapi dewasa dapat ditimbang dengan melakukan taksiran pengukuran berdasarkan lingkar dan lebar dada, panjang badan dan tinggi pundak.
3. Pemberian Pakan
Pemberian pakan pada sapi dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu:
1. sistem penggembalaan (pasture fattening)
2. kereman (dry lot fattening)
3. kombinasi cara pertama dan kedua.
Pakan yang diberikan berupa hijauan dan konsentrat. Hijauan yang berupa jerami padi, pucuk daun tebu, lamtoro, alfalfa, rumput gajah, rumput benggala atau rumput raja. Hijauan diberikan siang hari setelah pemerahan sebanyak 30-50 kg/ekor/hari. Pakan berupa rumput bagi sapi dewasa
umumnya diberikan sebanyak 10% dari bobot badan (BB) dan pakan tambahan sebanyak 1-2% dari BB. Sapi yang sedang menyusui (laktasi) memerlukan makanan tambahan sebesar 25% hijauan dan konsentrat dalam ransumnya. Hijauan yang berupa rumput segar sebaiknya ditambah dengan jenis kacang-kacangan (legum).
Sumber karbohidrat berupa dedak halus atau bekatul, ampas tahu, gaplek, dan bungkil kelapa serta mineral (sebagai penguat) yang berupa garam dapur, kapur, dll. Pemberian pakan konsentrat sebaiknya diberikan pada pagi hari dan sore hari sebelum sapi diperah sebanyak 1-2 kg/ekor/hari. Selain makanan, sapi harus diberi air minum sebanyak 10% dari berat badan per hari.
Pemeliharaan utama adalah pemberian pakan yang cukup dan berkualitas, serta menjaga kebersihan kandang dan kesehatan ternak yang dipelihara. Pemberian pakan secara kereman dikombinasikan dengan penggembalaan Di awal musim kemarau, setiap hari sapi digembalakan. Di musim hujan sapi dikandangkan dan pakan diberikan menurut jatah. Penggembalaan bertujuan pula untuk memberi kesempatan bergerak pada sapi guna memperkuat kakinya.
4. Pemeliharaan Kandang
Kotoran ditimbun di tempat lain agar mengalami proses fermentasi (+1-2minggu) dan berubah menjadi pupuk kandang yang sudah matang dan baik. Kandang sapi tidak boleh tertutup rapat (agak terbuka) agar sirkulasi udara didalamnya berjalan lancar. Air minum yang bersih harus tersedia setiap saat. Tempat pakan dan minum sebaiknya dibuat di luar kandang tetapi masih di bawah atap. Tempat pakan dibuat agak lebih tinggi agar pakan yang diberikan tidak diinjak-injak atau tercampur dengan kotoran. Sementara tempat air minum sebaiknya dibuat permanen berupa bak semen dan sedikit lebih tinggi daripada permukaan lantai. Sediakan pula peralatan untuk memandikan sapi.

HAMA DAN PENYAKIT SAPI PERAH
A.Penyakit
1. Penyakit antraks
* Penyebab: Bacillus anthracis yang menular melalui kontak langsung, makanan/minuman atau pernafasan.

* Gejala:
1). demam tinggi, badan lemah dan gemetar;
2). gangguan pernafasan;
3). pembengkakan pada kelenjar dada, leher, alat kelamin dan badan penuh bisul;
4). kadang-kadang darah berwarna merah hitam yang keluar melalui hidung, telinga, mulut, anus dan vagina;
5). kotoran ternak cair dan sering bercampur darah;
6). limpa bengkak dan berwarna kehitaman.

* Pengendalian: vaksinasi, pengobatan antibiotika, mengisolasi sapi yang terinfeksi serta mengubur/membakar sapi yang mati.

2. Penyakit mulut dan kuku (PMK) atau penyakit Apthae epizootica (AE)
* Penyebab: virus ini menular melalui kontak langsung melalui air kencing, air susu, air liur dan benda lain yang tercemar kuman AE.

* Gejala:
1). rongga mulut, lidah, dan telapak kaki atau tracak melepuh serta terdapat tonjolan bulat berisi cairan yang bening;
2). demam atau panas, suhu badan menurun drastis;
3). nafsu makan menurun bahkan tidak mau makan sama sekali;
4). air liur keluar berlebihan.
* Pengendalian: vaksinasi dan sapi yang sakit diasingkan dan diobati secara terpisah.

3. Penyakit ngorok/mendekur atau penyakit Septichaema epizootica (SE)
* Penyebab: bakteri Pasturella multocida. Penularannya melalui makanan dan minuman yang tercemar bakteri.
* Gejala:
1). kulit kepala dan selaput lendir lidah membengkak, berwarna merah dan kebiruan;
2). leher, anus, dan vulva membengkak;
3). paru-paru meradang, selaput lendir usus dan perut masam dan berwarna merah tua;
4). demam dan sulit bernafas sehingga mirip orang yang ngorok. Dalam keadaan sangat parah, sapi akan mati dalam waktu antara 12-36 jam.
* Pengendalian: vaksinasi anti SE dan diberi antibiotika atau sulfa.

4. Penyakit radang kuku atau kuku busuk (foot rot)
* Penyakit ini menyerang sapi yang dipelihara dalam kandang yang basah dan kotor.
* Gejala:
1). mula-mula sekitar celah kuku bengkak dan mengeluarkan cairan putih keruh;
2). kulit kuku mengelupas;
3). tumbuh benjolan yang menimbulkan rasa sakit;
4). sapi pincang dan akhirnya bisa lumpuh.

B.Pencegahan Serangan
Upaya pencegahan dan pengobatannya dilakukan dengan memotong kuku dan merendam bagian yang sakit dalam larutan refanol selama 30 menit yang diulangi seminggu sekali serta menempatkan sapi dalam kandang yang bersih dan kering.

PANEN
A. Hasil Utama
Hasil utama dari budidaya sapi perah adalah susu yang dihasilkan oleh induk betina.

B. Hasil Tambahan

Selain susu sapi perah juga memberikan hasil lain yaitu daging dan kulit yang berasal dari sapi yang sudah tidak produktif serta pupuk kandang yang dihasilkan dari kotoran ternak.

PASCAPANEN

ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA
A. Analisis Usaha Budidaya
Usaha ternak sapi perah di Indonesia masih bersifat subsisten oleh peternak kecil dan belum mencapai usaha yang berorientasi ekonomi. Rendahnya tingkat produktivitas ternak tersebut lebih disebabkan oleh kurangnya modal, serta pengetahuan/ketrampilan petani yang mencakup aspek reproduksi, pemberian pakan, pengelolaan hasil pascapanen, penerapan sistem recording, pemerahan, sanitasi dan pencegahan penyakit. Selain itu pengetahuan petani mengenai aspek tata niaga harus ditingkatkan sehingga keuntungan yang diperoleh sebanding dengan pemeliharaannya. Produksi susu sapi di dunia kini sudah melebihi 385 juta m2/ton/th dengan tingkat penjualan sapi dan produknya yang lebih besar daripada pedet, pejantan, dan sapi afkiran. Di Amerika Serikat, tingkat penjualan dan pembelian sapi dan produknya secara tunai mencapai 13% dari seluruh peternakan yang ada di dunia. Sementara tingkat penjualan anak sapi (pedet), pejantan sapi perah, dan sapi afkir hanya berkisar 3%. Produksi susu sejumlah itu masih perlu ditingkatkan seiring dengan peningkatan jumlah penduduk di dunia ini. Untuk mencapai tingkat produksi yang tinggi maka pengelolaan dan pemberian pakan harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan ternak, dimana minimum pakan yang dapat dimanfaatkan oleh ternak (terserap) diusahakan sekitar 3,5-4% dari bahan kering

B. Gambaran Peluang Agribisnis

Usaha peternakan sapi perah keluarga memberikan keuntungan jika jumlah sapi yang dipelihara minimal sebanyak 6 ekor, walaupun tingkat efisiensinya dapat dicapai dengan minimal pengusahaannya sebanyak 2 ekor dengan rata-rata produksi susu sebanyak 15 lt/hari. Upaya untuk meningkatkan pendapatan petani melalui pembudidayaan sapi perah tersebut dapat juga dilakukan dengan melakukan diversifikasi usaha. Selain itu melakukan upaya kooperatif dan integratif (horizontal dan vertikal) dengan petani lainnya dan instansi-instansi lain yang berkompeten, serta tetap memantapkan pola PIR diatas.

Minggu, 22 November 2009

Sistem produksi jagung pada ekologi sawah tadah hujan

Sistem produksi jagung pada ekologi sawah tadah hujan

Sistem produksi jagung pada sawah tadah hujan, sebagian telah berkembang dan sebagian lainnya baru mulai. Daerah yang sudah mulai berkembang seperti di Kecamatan Bulo, Sidrap dan di Kecamatan Sinjai Timur, Sinjai sudah mengenal jagung hibrida namun teknologi budidayanya masih perlu diperbaiki terutama dalam hal pemupukan.

Di Kecamatan Pammana, Wajo; Kecamatan Lilirilau, Soppeng; dan Kecamatan Lappariaja, Bone; sistem produksi jagung masih relatif sederhana. Varietas yang ditanam umumnya lokal, baik yang kuning (Lamuru turunan) maupun yang putih (lokal), pemupukan seadanya, selain itu motivasi petani belum berorientasi pasar baru sebatas untuk konsumsi. Oleh karena itu penge-nalan varietas unggul jenis komposit, pemupukan berimbang, dan jaringan pa-sar menjadi prioritas utama jika wilayah tersebut akan dijadikan pengembangan jagung. Untuk mendukung itu perlu ada kegiatan penangkaran benih

Sabtu, 21 November 2009

Budidaya Lebah Madu

BUDIDAYA LEBAH MADU

Lebah termasuk hewan yang masuk dalam kelas insekta famili Apini dan genus Apis. Spesiesnya bermacam-macam, yang banyak terdapat di Indonesia adalah A. cerana, A. Dorsata A. Florea. Jenis unggul yang sering dibudidayakan adalah jenis A. mellifera.

Menurut asal-usulnya lebah dibagi 4 jenis berdasar penyebarannya:
1) Apis cerana, diduga berasal dari daratan Asia menyebar sampai Afghanistan, Cina maupun Jepang.
2) Apis mellifera, banyak dijumpai di daratan Eropa, misalnya Prancis, Yunani dan Italia serta di daerah sekitar Mediterania.
3) Apis Dorsata, memiliki ukuran tubuh paling besar dengan daerah penyebaran sub tropis dan tropis Asia seperti Indonesia, Philipina dan sekitarnya. Penyebarannya di Indonesia merata mulai dari Sumatera sampai Irian.
4) Apis Florea merupakan spesies terkecil tersebar mulai dari Timur Tengah, India sampai Indonesia. Di Indonesia orang menyebutnya dengan tawon klanceng.

MANFAAT LEBAH MADU
Produk yang dihasilkan madu adalah:
1) Madu sebagai produk utama berasal dari nektar bunga merupakan makanan yang sangat berguna bagi pemeliharaan kesehatan, kosmetika dan farmasi.
2) Royal jelly dimanfaatkan untuk stamina dan penyembuhan penyakit, sebagai bahan campuran kosmetika, bahan campuran obat-obatan.
3) Pollen (tepung sari) dimanfaatkan untuk campuran bahan obatobatan/kepentingan farmasi.
4) Lilin lebah (malam) dimanfaatkan untuk industri farmasi dan kosmetikasebagai pelengkap bahan campuran.
5) Propolis (perekat lebah) untuk penyembuhan luka, penyakit kulit dan membunuh virus influensa.
Keuntungan lain dari beternak lebah madu adalah membantu dalam proses penyerbukan bunga tanaman sehingga didapat hasil yang lebih maksimal.

PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA LEBAH MADU
Dalam pembudidayaan lebah madu yang perlu dipersiapkan yaitu: Lokasi budidaya, kandang lebah modern (stup), pakaian kerja dan peralatan Syarat yang utama yang harus yang dipenuhi dalam budidaya lebah adalah ada seekor ratu lebah dan ribuan ekor lebah pekerja serta lebah jantan. Dalam satu koloni tidak boleh lebih dari satu ratu karena antar ratu akan saling bunuh untuk
memimpin koloni.

PENYIAPAN SARANA DAN PERALATAN
1) Perkandangan
a. Suhu
Perubahan suhu dalam stup hendaknya tidak terlalu cepat, oleh karena itu ketebalan dinding perlu diperhatikan untuk menjaga agar suhu dalam stuptetap stabil. Yang umum digunakan adalah kayu empuk setebal 2,5 cm.

b. Ketahanan terhadap iklim
Bahan yang dipakai harus tahan terhadap pengaruh hujan, panas, cuaca yang selalu berubah, kokoh dan tidak mudah hancur atau rusak.

c. Konstruksi
Konstruksi kandang tradisional dengan menggunakan gelodok dari bambu, secara modern menggunakan stup kotak yang lengkap dengan framenya.

2) Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam budidaya lebah terdiri dari: masker, pakaian kerja dan sarung tangan, pengasap, penyekat ratu, sangkar ratu, sapu dan sikat, tempat makan, pondamen sarang, alat-alat kecil, peralatan berternak ratu dan lain-lain.

PEMBIBITAN LEBAH MADU
1) Pemilihan Bibit dan Calon Induk
Bibit lebah unggul yang di Indonesia ada dua jenis yaitu A. cerana (lokal) dan A. mellifera (impor). Ratu lebah merupakan inti dari pembentukan koloni lebah, oleh karena itu pemilihan jenis unggul ini bertujuan agar dalam satu koloni lebah dapat produksi maksimal. ratu A. cerana mampu bertelur 500-
900 butir per hari dan ratu A. mellifera mampu bertelur 1500 butir per hari. Untuk mendapatkan bibit unggul ini sekarang tersedia tiga paket pembelian bibit lebah:
a. paket lebah ratu terdiri dari 1 ratu dengan 5 lebah pekerja.
b. paket lebah terdiri dari 1 ratu dengan 10.000 lebah pekerja.
c. paket keluarga inti terdiri dari 1 ratu dan 10.000 lebah pekerja lengkap
dengan 3 sisiran sarang.

2) Perawatan Bibit dan Calon Induk
Lebah yang baru dibeli dirawat khusus. Satu hari setelah dibeli, ratu dikeluarkan dan dimasukkan ke dalam stup yang telah disiapkan. Selama 6 hari lebah-lebah tersebut tidak dapat diganggu karena masih pada masa adaptasi sehingga lebih peka terhadap lingkungan yang tidak
menguntungkan. Setelah itu baru dapat dilaksanakan untuk perawatan dan pemeliharaan rutin.

3) Sistem Pemuliabiakan
Pemuliabiakan pada lebah adalah menciptakan ratu baru sebagai upaya pengembangan koloni. Cara yang sudah umum dilaksanakan adalah dengan pembuatan mangkokan buatan untuk calon ratu yang diletakkan dalam sisiran. Tetapi sekarang ini sudah dikembangkan inseminasi buatan pada ratu lebah untuk mendapatkan calon ratu dan lebah pekerja unggul. Pemuliabiakan lebah ini telah berhasil dikembangkan oleh KUD Batu Kabupaten Malang.

4) Reproduksi dan Perkawinan
Dalam setiap koloni terdapat tiga jenis lebah masing-masing lebah ratu, lebah pekerja dan lebah jantan. Alat reproduksi lebah pekerja berupa kelamin betina yang tidak berkembang sehingga tidak berfungsi, sedangkan alat reproduksi berkembang lebah ratu sempurna dan berfungsi untuk reproduksi. Proses Perkawinan terjadi diawali musim bunga. Ratu lebah terbang keluar sarang diikuti oleh semua pejantan yang akan mengawininya. Perkawinan terjadi di udara, setelah perkawinan pejantan akan mati dan sperma akan disimpan dalam spermatheca (kantung sperma) yang terdapat pada ratu lebah kemudian ratu kembali ke sarang. Selama perkawinan lebah pekerja menyiapkan sarang untuk ratu bertelur.

5) Proses Penetasan
Setelah kawin, lebah ratu akan mengelilingi sarang untuk mencari sel-sel yang masih kosong dalam sisiran. Sebutir telur diletakkan di dasar sel. Tabung sel yang telah yang berisi telur akan diisi madu dan tepung sari oleh lebah pekerja dan setelah penuh akan ditutup lapisan tipis yang nantinya dapat ditembus oleh penghuni dewasa. Untuk mengeluarkan sebutir telur diperlukan waktu sekitar 0,5 menit, setelah mengeluarkan 30 butir telur, ratu akan istirahat 6 detik untuk makan. Jenis tabung sel dalam sisiran adalah:
a. Sel calon ratu, berukuran paling besar, tak teratur dan biasanya terletak di pinggir sarang.
b. Sel calon pejantan, ditandai dengan tutup menonjol dan terdapat titik hitam di tengahnya.
c. Sel calon pekerja, berukuran kecil, tutup rata dan paling banyak jumlahnya.

Lebah madu merupakan serangga dengan 4 tingkatan kehidupan yaitu telur, larva, pupa dan serangga dewasa. Lama dalam setiap tingkatan punya perbedaan waktu yang bervariasi. Rata-rata waktu perkembangan lebah:

a. Lebah ratu: menetas 3 hari, larva 5 hari, terbentuk benang penutup 1 hari,iStirahat 2 hari, Perubahan larva jadi pupa 1 hari, Pupa/kepompong 3 hari, total waktu jadi lebah 15 hari.

b. Lebah pekerja: menetas 3 hari, larva 5 hari, terbentuk benang penutup 2 hari, iatirahat 3 hari, Perubahan larva jadi pupa 1 hari, Pupa/kepompong 7 hari, total waktu jadi lebah 21 hari.

c. Lebah pejantan: menetas 3 hari, larva 6 hari, terbentuk benang penutup 3 hari, iatirahat 4 hari, Perubahan larva jadi pupa 1 hari, Pupa/kepompong 7 hari, total waktu jadi lebah 24 hari. Selama dalam periode larva, larva-larva dalam tabung akan makan madu dan tepung sari sebanyak-banyaknya. Periode ini disebut masa aktif, kemudian larva menjadi kepompong (pupa). Pada masa kepompong lebah
tidak makan dan minum, di masa ini terjadi perubahan dalam tubuh pupa untuk menjadi lebah sempurna. Setelah sempurna lebah akan keluar sel menjadi lebah muda sesuai asal selnya.


PEMELIHARAAN LEBAH MADU

1) Sanitasi, Tindakan Preventif dan Perawatan
Pada pengelolaan lebah secara modern lebah ditempatkan pada kandang berupa kotak yang biasa disebut stup. Di dalam stup terdapat ruang untuk beberapa frame atau sisiran. Dengan sistem ini peternak dapat harus rajin memeriksa, menjaga dan membersihkan bagian-bagian stup seperti
membersihkan dasar stup dari kotoran yang ada, mencegah semut/serangga masuk dengan memberi tatakan air di kaki stup dan mencegah masuknya binatang pengganggu.

2) Pengontrolan Penyakit
Pengontrolan ini meliputi menyingkirkan lebah dan sisiran sarang abnormal serta menjaga kebersihan stup.

3) Pemberian Pakan
Cara pemberian pakan lebah adalah dengan menggembala lebah ke tempat di mana banyak bunga. Jadi disesuaikan dengan musim bunga yang ada. Dalam penggembalaan yang perlu diperhatikan adalah :
a. Perpindahan lokasi dilakukan malam hari saat lebah tidak aktif.
b. Bila jarak jauh perlu makanan tambahan (buatan).
c. Jarak antar lokasi penggembalaan minimum 3 km.
d. Luas areal, jenis tanaman yang berbunga dan waktu musim bunga.

Tujuan utama dari penggembalaan ini adalah untuk menjaga kesinambungan produksi agar tidak menurun secara drastis. Pemberian pakan tambahan di luar pakan pokok bertujuan untuk mengatasi kekurangan pakan akibat musim paceklik /saat melakukan pemindahan stup saat penggeembalaan.

Pakan tambahan tidak dapat meningkatkan produksi, tetapi hanya berfungsi untuk mempertahankan kehidupan lebah. Pakan tambahan dapat dibuat dari bahan gula dan air dengan perbandingan 1:1 dan adonan tepung dari campuran bahan ragi, tepung kedelai dan susu kering dengan perbandingan 1:3:1 ditambah madu secukupnya.

Sumber: ebookkeluarga.com

Kamis, 19 November 2009

Budidaya Kodok

BUDIDAYA KODOK

SEJARAH BUDIDAYA KODOK
Budidaya kodok telah dilakukan di beberapa negara, baik negara beriklim panas maupun beriklim 4 musim. Tercatat negara-negara Eropa yang telah membudidayakan kodok antara lain : Prancis, Belanda, Belgia, Albania, Rumania, Jerman Barat, Inggris, Denmark dan Yunani, Amerika Serikat dan Meksiko. Sedangkan di Asia, Cina, Bangladesh, Indonesia, Turki, India dan Hongkong yang telah membudidayakan kodok.

Sejarah kodok tidak diketahui asalnya, karena hampir ditemukan di manamana, karena kemampuannya untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekitarnya. Kodok yang banyak dibudidayakan di Indonesia (Rana catesbeiana ) berasal dari Taiwan, kendati kodok itu semula berasal dari Amerika Selatan.

SENTRA PETERNAKAN KODOK
Mulanya uji coba budidaya kodok dilakukan di Klaten (Balai bibit ikan), yang kemudian meluas ke Jawa tengah. Di Jawa Barat pembudidayaan kodok banyak ditemui di daerah pesisir Utara, disamping membudidayakan kodok masyarakat pesisir Utara juga menangkap dari alam. Kemudian di Sumatera Barat dan Bali juga merupakan sentra pembudidayaan kodok.

JENIS KODOK

Kodok tergolong dalam ordo Anura, yaitu golongan amfibi tanpa ekor. Pada ordo Anura terdapat lebih dari 250 genus yang terdiri dari 2600 spesies.

Terdapat 4 jenis kodok asli Indonesia yang di konsumsi oleh masyarakat kita yaitu:

1).Rana Macrodon (kodok hijau), yang berwarna hijau dan dihiasi totol-totol coklat kehijauan dan tumbuh mencapai 15 cm.
2).Rana Cancrivora (kodok sawah ), hidup di sawah-sawah dan badannya dapat mencapai 10 cm, badan berbercak coklat dibadannya.
3).Rana Limnocharis (kodok rawa), mempunyai daging yang rasanya paling enak, ukurannya hanya 8 cm.
4).Rana Musholini (kodok batu/raksasa). Hanya terdapat di Sumatera, terutama Sumatera Barat. mencapai berat 1.5 kg. Dan panjang mencapai 22 cm.

MANFAAT KODOK
Daging kodok adalah sumber protein hewani yang tinggi kandungan gizinya. Limbah kodok yang tidak dipakai sebagai bahan makanan manusia dapat dipakai untuk ransum binatang ternak, seperti itik dan ayam. Kulit kodok yang telah terlepas dari badannya bisa diproses menjadi kerupuk kulit kodok. Kepala kodok yang sudah terpisah dapat diambil kelenjar hipofisanya dan dimanfaatkan untuk merangsang kodok dalam pembuahan buatan. Daging kodok dipercaya dapat menyembuhkan beberapa penyakit.

PERSYARATAN LOKASI

1).Ketinggian lokasi yang ideal untuk budidaya kodok adalah 1600 dpl.
2).Tanah tidak terlalu miring namun dan tidak terlalu datar, kemiringan ideal 1- 5%, artinya dalam jarak 100 m jarak kemiringan antara ujung-ujungnya 1-5 m.
3).Air yang jernih atau sedikit tercampur lumpur tersedia sepanjang masa. Air yang jernih akan memperlancar proses penetasan telur.
4).Kodok bisa hidup di air yang bersuhu 2–35 drajat C. Suhu saat penetasan telur ialah anata 24–27 derajat C, dengan kelembaban 60–65%.
5).Air mengandung oksigen sekitar 5-6 ppm, atau minimum 3 ppm. Karbondioksida terlarut tidak lebih dari 25 ppm.
6).Dekat dengan sumber air dan diusahakan air bisa masuk dan keluar dengan lancar dan bebas dari kekeringan dan kebanjiran.

PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA KODOK
A.Penyiapan Sarana dan Peralatan
1).Kolam
Dalam proses pembuatan kolam, tidak boleh hanya menggali atau menimbun saja melainkan harus menggabungkan keduanya sehingga akan mendapatkan bentuk dan konstruksi kolam yang ideal.

Untuk memasukkan air ke dalam kolam diperlukan saluran yang konstruksinya dibuat dari pasangan bata merah atau batako yang diperkuat dengan semen dan pasir. Bentuk dari saluran ini biasanya trapesium terbalik dan pada beberapa tempat pemasukan air ke kolam dibuat kobakan kecil untuk menjebak air agar mudah masuk kedalam kolam-kolam.

Kolam yang diperlukan antara lain: kolam perawatan kodok, kolam penampungan induk sebelum dikawinkan, kolam pemijahan, kolam penetasan, kolam perawatan kecebong, kolam pembesaran percil dan kolam pembesaran kodok remaja. Kebutuhan kolam ini masih ditambah dengan kolam pemeliharaan calon induk.

a.Kolam Perawatan Kodok
Luasnya 15 meter persegi dengan ukuran 3 x 5 m, yang terdiri dari dinding tembok 0,40 m dan dinding kawat plastik setinggi 1 m, lantainya terbuat dari semen dan bata yang terdiri dari 2/3 bagian kolam terisi air setinggi 10-15 cm dan 1/3 bagian kering.
b.Kolam Pemijahan.
Kolam dibuat dari semen dan diatasnya dinding kawat plastik. Kedalaman air di kolam ini sekitar 0,30–0,40 m dan ditengahnya dibuatkan daratan. Padat pemeliharaan 15 ekor setiap meter perseginya, dengan perbandingan tiga betina dan satu jantan. Supaya lebih nyaman, sebaiknya lantai daratan tengah tidak berlumpur, dan kolam ditanami enceng gondok. Sediakan makanan berupa ikan kecil, ketam dan bekicot Masa kawin ditandai dengan suara merdu. Tak lama kemudian, telur mereka mengambang di air kolam dan segera dipindahkan ke kolam penetasan.
c.Kolam Penetasan
Kolam penetasan dibuat beberapa buah, dari tembok dengan air sedalam 30 cm dan air mengalir atau diberi aerasi yang luas. Luas kolam seluruhnya 10 m2 .
d.Kolam Kecebong
Terdiri dari beberapa kolam yang masing-masing luasnya berkisar anta 5 m2–6 m2, dengan dasar lantai terbuat dari semen.
e.Kolam Kodok Muda
Di kolam ini kodok yang dipelihara berumur kurang dari 2 bulan. Dibuat beberapa buah dengan masing-masing luasnya 15 m2, dengan dinding tembok dan kawat. Lantai miring dengan daerah air 1/3 bagian dengan kedalaman 15–35 Cm.
f.Kolam Kodok Dewasa.
Pada kolam ini kodok sudah berusia antara 2–6 bulan. Kolam yang diperlukan terdiri dari 2, dengan masing masing luas kira–kira 20 m2 , dengan konstruksi dasar dan dinidng tembok dan kawat. Kedalaman air yang diperlukan antara 30–40 Cm.

2).Mempersiapkan Kolam Produksi
Bila lantai dasar kolam terbuat dari tanah, dasar kolam diolah dan dicangkulcangkul dan ditebari pupuk sampai dianggap siap huni. Kolam dibiarkan dulu tidak terpakai selama sebulan. Selama itu kolam dimasukkan air, didiamkan dan dikeluarkan berulang-ulang. Persiapkan alat-alat untuk membuat hujan buatan, baik dari drum bekas maupun dengan menggunakan springkel karena untuk proses perkawinan kodok biasanya terjadi pada masa penghujan.

Sebaiknya kolam ditanami teratai, eceng gondok, genjer dan ganggang yang berfungsi untuk tempat biang kodok bercumbu rayu dan menempelkan telurnya serta meningkatkan kualitas air kolam dan mempertinggi kandungan oksigen.

B. Pembibitan Kodok
Untuk pembudidayaan kodok yang banyak dicari adalah dari jenis kodok banteng Amerika (Bull frog), diamping rasanya enak juga beratnya bisa sampai 1,5 kg. Bisa juga jenis kodok batu dari Sumatera Barat yang sampai saat ini belum dibudidayakan secara optimal, karena masyarakat masih mengambilnya dari alam.

Adapun syarat ternak yang baik adalah bibit dipilih yang sehat dan matang kelamin. Sehat, tidak cacat, kaki tidak bengkok dan normal kedudukannya, serta gaya berenang seimbang. Pastikan kaki kodok tidak mengidap penyakit kaki merah ( red legs ).

1). Pemilihan Bibit Calon Induk
Pilihlah kodok yang sehat dan berukuran besar. Disamping itu perhatikan juga tanda-tanda kelamin sekundernya. Pisahkan induk berdasarkan jenis kelaminnya. Pemisahan dilakukan sekitar 1–2 hari dimaksudkan untuk lebih merangsang nafsu diantara mereka apabila saatnya mereka dipertemukan.

Untuk induk-induk yang hendak dikawinkan sebaiknya diberikan makanan cincangan daging bekicot yang masih segar dan makanan buatan lainnya.

2). Perawatan Bibit dan Calon Induk
Induk jantan dan betina berumur 4 bulan disuntik perangsang pertumbuhan Gonadotropin intramuskular dengan dosis 200-250 IU/ekor/bulan.
3). Sistem Pemijahan

a. Secara Alami
Induk jantan dan betina yang telah dipisah selama 1-2 hari disatukan di kolam pemijahan. Ikan liar dapat mengganggu hasil pemijahan. Perhatikan agar telur kodok tidak ikut terbuang air pembuangan. Di sore atau pagi hari pada saat suhu mulai menurun, barulah kita perlu membantu kelancaran proses pemijahan, yaitu dengan membuat hujan buatan.
b. Sistem Hipofisasi
Cara mutakhir untuk memijahkan kodok adalah dengan cara sistem kawin suntik menggunakan ekstrak kelenjar hipofisa untuk merangsang kodok agar kawin sesuai waktu yang kita inginkan. Dengan sistem ini kita bisa mengintensifkan pembenihan, mengurangi kematian, merawat telur-telur
kodok yang telah dibuahi dalam tempat tersendiri, memberi jaminan bahwa telur-telur akan terbuahi oleh sperma seluruhnya dan tidak memerlukan hujan buatan.
Penyuntikan pada tubuh betina lazimnya pada punggung, rongga perut dan bagian kepala. cara penyuntikan pada rongga perut banyak dipilih.

4) Reproduksi dan Perkawinan
Kodok yang hendak disuntik ditampung pada akuarium yang diberi sedikit air dan ditutup dengan kawat kasa untuk memudahkan penangkapan. kodokkodok tersebut telah cukup umur dan dalam keadaan matang telur. Saat penyuntikan kodok dibalut dengan kain hapa agar tidak meronta.

Kodok yang telah disuntik kemudian dilepas dalam akuarium lain dan dipantau setiap jam. Setelah 12 jam, kodok tadi disuntik kembali agar mereka mampu bertelur seluruhnya. Setelah yang betina 2 kali disuntik dan menunjukkan akan bertelur, maka kita mempersiapkan testis dari induk jantan. Sperma dikeluarkan dari testis dengan cara memotongnya dengan jarum kecil yang tajam dan dimasukkan ke cawan petri yang sudah diisi dengan air kolam yang bersih. Setelah air dalam cawan menjadi keruh dan testis sudah kosong, maka cairan testis dibiarkan selama 10 menit dalam

C.Pemeliharaan
Pemeliharaan dilakukan pada setiap tahap pertumbuhan kodok, Pertumbuhan dan kesehatan kodok terrgantung pada makanan dan kecocokan tempat tinggalnya. Kodok diberi makan 1 kali sehari, air di kolam diganti dan dibersihkan seminggu sekali.

1). Sanitasi dan Tindakan Preventif
Telur yang sudah dibuahi, dipindahkan pada kolam penetasan. Kolam dibersihkan dari hama dan kotoran sebelum digunakan. Telur harus dipisahkan dari induknya sehingga telur tidak terganggu proses penetasannya dan tidak dimakan oleh induknya. Memindahkan telur jangan sampai pecah sarangnya atau lendirnya. Telur-telur akan menetas setelah 48–72 jam pada suhu air 24–27 derajat C. Bila sudah menetas dipelihara pada kolam yang sama selama 10 hari.

2). Perawatan Ternak
Kodok muda yang telah mengalami metamorphose ditempatkan pada kolam permanen. Pemasukan dan pengeluaran air harus diberi penyaring untuk menghindari hama dan mencegah kodok lepas ke peraiaran umum. Padat penebaran 50-100 ekor/m2. Bila kita memelihara jenis kodok banteng yang tidak suka makanan yang tidak bergerak, makanan harus diletakkan dibawah aliran air/pancuran. Setelah berumur 3 bulan, kodok diseleksi berdasarkan kaki belakang, kulit dan ukuran badannya. Jumlah yang di seleksi 20% dari total dan dipindahkan ke kolam calon induk, sedangkan sisanya tetap dipelihara sampai masa panen pada umur 4-5 bulan.

Kodok dewasa (matang gonada) untuk bibit unggul, baik jantan maupun betina di suntik dengan kelenjar hiphopisa kodok sebanyak 1 dosis. Penyuntikan dilakukan 1 bulan sekali (bila memakai sistem hiphopisa) dan padat tanam sebanyak 20-25 ekor/m2.

3). Pemberian Pakan
Terdapat berbagai macam makanan yang dapat diberikan untuk kodok di kolam pembesaran persil maupun di kolam pembesaran kodok remaja. Makanan percil sampai kodok dewasa berupa cincangan daging bekicot,cincangan daging ikan, ulat, belatung, serangga, mie, bakso dan berbagai benih ikan serta ketam-ketaman kecil dan lainnya.
Dapat juga diberikan makanan buatan, dengan meramu makanan buatan kita bisa menyusun sesuai dengan tingkat umur kodok, yang terkadang sulit dilakukan apabila kita memberinya makanan yang langsung didapat dari alam. Dengan demikian maka problem yang sering dialami seperti ukuran makanan lebih besar dari lebar bukaan mulut kodok tidak perlu terjadi lagi.

HAMA DAN PENYAKIT KODOK
A.Penyakit, Hama dan Penyebabnya
Penyakit kodok umumnya disebabkan oleh serangan jamur dan bakteri. Paha kaki berwarna merah, luka dan kulit melepuh adalah penyakit yang menyerang kodok yang berumur 1-2 bulan, menular dan menyerang sistem saraf, sehingga akan mati dalam beberapa jam.

B.Pencegahan Serangan Penyakit dan Hama
Bakteri bisa menyerang kecebong, gejalanya ekor luka dan berwarna putih. Penanggulangannya dengan memisahkan kecebong yang terserang, kolam dibersihkan dengan PK, dosis 0,05 gram/ liter 15 hari sekali, jangan memberikan makanan yang kandungan proteinnya melebihi dosis 10–15% karena perut kodok akan menjadi kembung. Pengobatan dengan antibiotika streptomisin/tetrasiklin, obat luar dengan penggunaan betadine, atau direndam dalam NaCl 0,15 gram/liter air selama 30 menit, diulang sampai 4 kali.

C.Pemberian Vaksinasi dan Obat
Pengobatan kaki merah dan bisul pada kodok, dengan memandikan kodok dalam larutan Nifurene 50–100 gram/m2 air, atau dengan suntikan teramisin 25 mg/kg, atau streptomycin 20 mg/kg berat kodok. Penyakit dubur keluar diobati dengan cara pisahkan dan istirahatkan 2–3 hari dan tidak diberi makan. Penyakit lainnya adalah dubur keluar (ambaien) pada percil (kodok muda). Untuk mengatasinya, populasi tidak boleh terlalu padat dan kolam harus bersih dan pemberian kadar kalori dalam makanan tidak boleh melebihi dosis 3400 cl/kg makanan.

P A N E N

A.Hasil Utama
Hasil utama yang dihasilkan adalah dagingnya

B.Hasil Tambahan
Sedangkan hasil tambahan yang dapat diperoleh adalah dengan mengolah limbah hasil pemotongan untuk dijadikan silase; dengan penambahan propionat dan asam formiat dengan jalan digiling bersama sama maka makanan untuk ternak ini tahan hingga 2 bulan pada suhu sedang. Hasil sampingan lainnya adalah dengan dijadikan tepung, dimana kandungan mineral dan proteinnya masih cukup tinggi untuk dijadikan bahan tambahan pakan ternak. Kodok yang tidak dijual/afkir dapat diambil hiphofisanya untuk proses pemijahan berikutnya.

C.Penangkapan
Sebelum disiangi, biasanya kodok-kodok tersebut ditempatkan pada penampungan. Tempat penampungan kodok bisa berupa kotak kayu atau bak semen yang drainasenya lancar.

PASCA PANEN
Proses penanganan pasca panen juga sangatlah mudah. Untuk menjaga agar kodok tetap hidup dan segar, maka kita bisa menggunakan karung goni atau tas kain yang dibasahi. Pengangkutan paling aman dilakukan pada pagi hari atau sore hari. Apabila pengangkutan dilakukan untuk jarak jauh maka perlu dibuatkan kotak kayu yang didesain secara khusus, dan kapasitasnya disesuaikan dengan besarnya kotak kayu tersebut.


ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA
A.Analisis Usaha Budidaya
Gambaran analisis ekonomi usaha budidaya kodok lembu (rana catesbeiana), untuk memperkirakan keuntungan yang akan diperoleh dan untuk menghindari pos-pos yang tidak penting.

Adapun usaha pembenihan kodok skala kecil 200 M2 dengan anggapan sebagai berikut:

a.Luas Tanah : 200 m2
b.Luas Kolam : 125 m2
- kolam penyimpanan induk: 9 m2- kolam induk jantan: 3m2
- kolam induk betina: 3 m2
- kolam pemijahan/perkawinan: 9 m2
- kolam penetasan: 8 m2
- kolam kecebong: 21 m2
- kolam percil: 20 m2
- kolam kodok dewasa: 30 m2
- saluran air dan lainnya: 22 m2
c.Jumlah Induk.
- induk betina: 6 ekor, jantan: 4 ekor
- induk yang dikawinkan: 3 betina 2 jantanr
- telur yang dihasilkan sebanyak + 30,000 butir/pemijahan.
d.Lama pemeliharaan: 5 bulan
e.Frekuensi pemijahan: 3 kali / setahun
f.Jenis makanan yang diberikan : cacing, belatung, anak ikan, cincangan bekicot, tepung dengan kadar protein + 35 %.

Sedangkan perkiraan analisis usaha ekonomi budidaya kodok sebagai berikut:
1).Modal investasi
a.pembangunan kolam/kandang 125 m2
Rp. 2.500.000,-

b.alat-alat dan induk
Rp. 500.000,-

2). Modal kerja ( operasional )

a.Biaya tetap
- penyusutan bangunan ( 8 % )
Rp. 200.000,-

- penyusutan peralatan ( 20 %)
Rp. 100.000,

- bunga modal ( 18 %)
Rp. 540.000,

- upah ( 1 orang setahun )
Rp. 360.000,-


b. Biaya variabel
- pakan kodok 4.500 kg @ Rp. 250,-
Rp. 1.125.000,-
- pakan kecebong 200 kg 2 Rp. 400,-
Rp. 80.000,-
- perbaikan kandang ( 5% )
Rp. 150.000,-
- sewa tanah
Rp. 35.000,-
- administrasi dan pemasaran
Rp. 200.000,-
- lain-lain
Rp. 292.500,-
Jumlah modal yang dibutuhkan:
Rp. 6.082.500,-

3). Penjualan



a.Produksi percil 45.000 ekor * @ Rp. 100
Rp. 4.500.000,-

b.Produksi kodok niaga** 2 x 1.500 @ Rp. 300
Rp. 900.000,-

Jumlah pemasukan
Rp. 5.400.000,-

4).Biaya Operasional

a.Biaya tetap
Rp. 1.200.000,-


b.Biaya variabel
Rp. 1.882.500,-

Jumlah biaya operasional
Rp. 3.082.500,-

5).Pendapatan bersih sebelum pajak
Rp. 2.317.500,-

6) Pajak 15 % Rp. 347.625,-

7).Pendapatan bersih

Rp. 1.969.875,-




8).P V = 0,61




9). Break event point / Balik Modal ( B.E.P )
Rp. 1.843.317,90

10).BC = 1,75

11). Waktu pengembalian kredit ( PPC ) = 1.5 tahun

B. Gambaran Peluang Agribisnis
Kodok merupakan komoditi ekspor nonmigas yang cukup potensial. Sejak tahun 1969 Indonesia telah mengeskpor paha kodok ke berbagai negar. Bahkan Indonesia sebagai negara pengekspor paha kodok terbesar ketiga setelah India dan Bangladesh. Kini semakin langkanya kodok di alam akibat pemburuan besar-besaran sehingga semakin berkurangnya persediaan akan daging kodok. Hal ini menuntut diadakannya budidaya kodok secara intensif untuk menghasilkan daging kodok yang masih menjadi budidaya ekspor yang dapat memberikan keuntungan.

Sumber: ristek.go.id

Budidaya Burung Puyuh

Budidaya Burung Puyuh

BUDIDAYA BURUNG PUYUH
Burung Puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang, ukuran tubuh relative kecil, berkaki pendek dan dapat diadu. Burung puyuh disebut jugaGemak (Bhs.Jawa-Indonesia). Bahasa asingnya disebut "Quail", merupakan bangsaburung(liar) yang pertama kali diternakan di Amerika Serikat, tahun 1870.Dan terusdikembangkan ke penjuru dunia. Sedangkan di Indonesia puyuh mulaidikenal,dan diternak semenjak akhir tahun 1979. Kini mulai bermunculan dikandang-kandang ternak yang ada di Indonesia.

Sentra Peternakan burung puyuh banyak terdapat di Sumatera, Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah

JENIS –JENIS BURUNG PUYUH:
Kelas : Aves (Bangsa Burung)
Ordo : Galiformes
Sub Ordo : Phasianoidae
Famili : Phasianidae
Sub Famili : Phasianinae
Genus : Coturnix
Species : Coturnix-coturnix Japonica

MANFAAT BURUNG PUYUH
1) Telur dan dagingnya mempunyai nilai gizi dan rasa yang lezat
2) Bulunya sebagai bahan aneka kerajinan atau perabot rumah tangga lainnya
3) Kotorannya sebagai pupuk kandang ataupun kompos yang baik dapatdigunakan sebagai pupuk tanaman

PERSYARATAN LOKASI BUDIDAYA BURUNG PUYUH
1) Lokasi jauh dari keramaian dan pemukiman penduduk
2) Lokasi mempunyai strategi transportasi, terutama jalur sapronak dan jalur-jalur pemasaran
3) Lokasi terpilih bebas dari wabah penyakit
4) Bukan merupakan daerah sering banjir
4) Merupakan daerah yang selalu mendapatkan sirkulasi udara yang baik.


PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA BURUNG PUYUH
A.Penyiapan Sarana dan Peralatan
1) Perkandangan
Dalam sistem perkandangan yang perlu diperhatikan adalah temperature kandang yang ideal atau normal berkisar 20-25 derajat C; kelembaban kandang berkisar 30-80%; penerangan kandang pada siang hari cukup 25- 40 watt, sedangkan malam hari 40-60 watt (hal ini berlaku untuk cuaca mendung/musim hujan). Tata letak kandang sebaiknya diatur agar sinar matahari pagi dapat masuk kedalam kandang.

Model kandang puyuh ada 2 (dua) macam yang biasa diterapkan yaitu sistem litter (lantai sekam) dan sistem sangkar (batere). Ukuran kandang untuk 1 m2 dapat diisi 90-100 ekor anak puyuh, selanjuntnya menjadi 60 ekor untuk umur 10 hari sampai lepas masa anakan. Terakhir menjadi 40 ekor/m2 sampai masa bertelur.

Adapun kandang yang biasa digunakan dalam budidaya burung puyuh adalah:
a. Kandang untuk induk pembibitan
Kandang ini berpegaruh langsung terhadap produktifitas dan kemampuan menghasilkan telur yang berkualitas. Besar atau ukuran kandang yang akan digunakan harus sesuai dengan jumlah puyuh yang akan dipelihara. Idealnya satu ekor puyuh dewasamembutuhkan luas kandang 200 m2.

b. Kandang untuk induk petelur
Kandang ini berfungsi sebagai kandang untuk induk pembibit. Kandang ini mempunyai bentuk, ukuran, dan keperluan peralatan yang sama. Kepadatan kandang lebih besar tetapi bisa juga sama.

c. Kandang untuk anak puyuh/umur stater(kandang indukan)
Kandang ini merupakan kandang bagi anak puyuh pada umur starter, yaitu mulai umur satu hari sampai dengan dua sampai tiga minggu. Kandang ini berfungsi untuk menjaga agar anak puyuh yang masih
memerlukan pemanasan itu tetap terlindung dan mendapat panas yang sesuai dengan kebutuhan. Kandang ini perlu dilengkapi alat pemanas. Biasanya ukuran yang sering digunakan adalah lebar 100 cm, panjang 100 cm, tinggi 40 cm, dan tinggi kaki 50 cm. (cukup memuat 90-100 ekor
anak puyuh).

d. Kandang untuk puyuh umur grower (3-6 minggu) dan layer (lebih dari 6 minggu)
Bentuk, ukuran maupun peralatannya sama dengan kandang untuk induk petelur. Alas kandang biasanya berupa kawat ram.

2) Peralatan

Perlengkapan kandang berupa tempat makan, tempat minum, tempat bertelur dan tempat obat-obatan.

B. Penyiapan Bibit Burung Puyuh
Yang perlu diperhatikan oleh peternak sebelum memulai usahanya, adalah memahami 3 (tiga) unsur produksi usaha perternakan yaitu bibit/pembibitan, pakan (ransum) dan pengelolaan usaha peternakan.
Pemilihan bibit burung puyuh disesuaikan dengan tujuan pemeliharaan, ada 3 (tiga) macam tujuan pemeliharaan burung puyuh, yaitu:
a. Untuk produksi telur konsumsi, dipilih bibit puyuh jenis ketam betina yang sehat atau bebas dari kerier penyakit.
b. Untuk produksi daging puyuh, dipilih bibit puyuh jantan dan puyuh petelur afkiran.
c. Untuk pembibitan atau produksi telur tetas, dipilih bibit puyuh betina yang baik produksi telurnya dan puyuh jantan yang sehat yang siap membuahi puyuh betina agar dapat menjamin telur tetas yang baik.

C. Pemeliharaan Burung Puyuh
1) Sanitasi dan Tindakan Preventif
Untuk menjaga timbulnya penyakit pada pemeliharaan puyuh kebersihan lingkungan kandang dan vaksinasi terhadap puyuh perlu dilakukan sedini mungkin.

2) Pengontrolan Penyakit
Pengontrolan penyakit dilakukan setiap saat dan apabila ada tanda-tanda yang kurang sehat terhadap puyuh harus segera dilakukan pengobatan sesuai dengan petunjuk dokter hewan atau dinas peternakan setempat atau petunjuk dari Poultry Shoup.

3) Pemberian Pakan

Ransum (pakan) yang dapat diberikan untuk puyuh terdiri dari beberapa bentuk, yaitu: bentuk pallet, remah-remah dan tepung. Karena puyuh yang suka usil memtuk temannya akan mempunyai kesibukan dengan mematuk-matuk pakannya. Pemberian ransum puyuh anakan diberikan 2 (dua) kali sehari pagi dan siang. Sedangkan puyuh remaja/dewasa diberikan ransum hanya satu kali sehari yaitu di pagi hari. Untuk pemberian minum pada anak puyuh pada bibitan terus-menerus.

4) Pemberian Vaksinasi dan Obat
Pada umur 4-7 hari puyuh di vaksinasi dengan dosis separo dari dosis untuk ayam. Vaksin dapat diberikan melalui tetes mata (intra okuler) atau air minum (peroral). Pemberian obat segera dilakukan apabila puyuh terlihat gejala-gejala sakit dengan meminta bantuan petunjuk dari PPL setempat ataupun dari toko peternakan (Poultry Shoup), yang ada di dekat Anda beternak puyuh.

HAMA DAN PENYAKIT BURUNG PUYUH
1) Radang usus (Quail enteritis)
Penyebab: bakteri anerobik yang membentuk spora dan menyerang usus, sehingga timbul pearadangan pada usus. Gejala: puyuh tampak lesu, mata tertutup, bulu kelihatan kusam, kotoran berair dan mengandung asam urat. Pengendalian: memperbaiki tata laksana pemeliharaan, serta memisashkan
burung puyuh yang sehat dari yang telah terinfeksi.

2) Tetelo (NCD/New Casstle Diseae)
Gejala: puyuh sulit bernafas, batuk-batuk, bersin, timbul bunyi ngorok, lesu, mata ngantuk, sayap terkulasi, kadang berdarah, tinja encer kehijauan yang spesifik adanya gejala "tortikolis"yaitu kepala memutar-mutar tidak menentu dan lumpuh. Pengendalian: (1) menjaga kebersihan lingkungan dan
peralatan yang tercemar virus, binatang vektor penyakit tetelo, ayam yang mati segera dibakar/dibuang; (2) pisahkan ayam yang sakit, mencegah tamu masuk areal peternakan tanpa baju yang mensucihamakan/ steril serta melakukan vaksinasi NCD. Sampai sekarang belum ada obatnya.

3) Berak putih (Pullorum)
Penyebab: Kuman Salmonella pullorum dan merupakan penyakit menular. Gejala: kotoran berwarna putih, nafsu makan hilang, sesak nafas, bulu-bulu mengerut dan sayap lemah menggantung. Pengendalian: sama dengan pengendalian penyakit tetelo.

4) Berak darah (Coccidiosis)
Gejala: tinja berdarah dan mencret, nafsu makan kurang, sayap terkulasi, bulu kusam menggigil kedinginan. Pengendalian: (1) menjaga kebersihan lingkungaan, menjaga litter tetap kering; (2) dengan Tetra Chloine Capsule diberikan melalui mulut; Noxal, Trisula Zuco tablet dilarutkan dalam air minum atau sulfaqui moxaline, amprolium, cxaldayocox

5) Cacar Unggas (Fowl Pox)
Penyebab: Poxvirus, menyerang bangsa unggas dari semua umur dan jenis kelamin. Gejala: imbulnya keropeng-keropeng pada kulit yang tidak berbulu, seperti pial, kaki, mulut dan farink yang apabila dilepaskan akan mengeluarkan darah. Pengendalian: vaksin dipteria dan mengisolasi kandang atau puyuh yang terinfksi.

6) Quail Bronchitis
Penyebab: Quail bronchitis virus (adenovirus) yang bersifat sangat menular. Gejala: puyuh kelihatan lesu, bulu kusam, gemetar, sulit bernafas, batuk dan bersi, mata dan hidung kadang-kadang mengeluarkan lendir serta kadangkala kepala dan leher agak terpuntir. Pengendalian: pemberian
pakan yang bergizi dengan sanitasi yang memadai.

7) Aspergillosis
Penyebab: cendawan Aspergillus fumigatus. Gejala: Puyuh mengalami gangguan pernafasan, mata terbentuk lapisan putih menyerupai keju, mengantuk, nafsu makan berkurang. Pengendalian: memperbaiki sanitasi kandang dan lingkungan sekitarnya.

8) Cacingan
Penyebab: sanitasi yang buruk. Gejala: puyuh tampak kurus, lesu dan lemah. Pengendalian: menjaga kebersihan kandang dan pemberian pakan yang terjaga kebersihannya.


PANEN BURUNG PUYUH
A.Hasil Utama
Pada usaha pemeliharaan puyuh petelur, yang menjadi hasil utamanya adalah produksi telurnya yang dipanen setiap hari selama masa produksi berlangsung.

B. Hasil Tambahan
Sedangkan yang merupakan hasil tambahan antara lain berupa daging afkiran, tinja dan bulu puyuh.


PASCA PANEN


ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA

A..Analisis Usaha Budidaya

1) Investasi
a. kandang ukuran 9 x 0,6 x 1,9 m
(1 jalur + tempat makan dan minum) Rp. 2.320.000,-
b. kandang besar Rp. 1.450.000,-

2) Biaya pemeliharaan (untuk umur 0-2 bulan)
a. ay Old Quail (DOQ) x Rp 798 (Harga DOQ) Rp. 1.596.000,-
b. Obat (Vitamin + Vaksin) Rp. 145.000,-
c. Pakan (selama 60 hari) Rp. 2.981.200,-
Jumlah biaya produksi Rp. 4.722.200,-
Keadaan puyuh:
- Jumlah anak 2000 ekor (jantan dan betina)
- Resiko mati 5%, sisa 1900
- Resiko kelamin 15% jantan, 85% betina (285 jantan, 1615 betina)
- Setelah 2 bulan harga puyuh bibit Rp 3.625,- betina dan Rp 725 jantan
- Penjualan puyuh bibit umur 2 bulan Rp. 4.408.000,-
Minus Rp. -314.200,-

3) Biaya pemeliharaan (0-4 bulan)
- 200 DOQ x Rp 798,- Rp. 159.600,-
- Obat (vitamin dan Vaksinasi) Rp. 290.000,-
- Pakan (sampai dengan umur 3 minggu) Rp. 2.459.925,-
Pakan (s/d minggu ke 4) betina

1615 ekor dan 71 ekor jantan (25% jantan layak bibit) Rp. 5.264.051,-
Jumlah biaya produksi Rp. 8.173.576,-
Keadaan puyuh:
- Mulai umur 1,5 bulan puyuh bertelur setiap hari rata-rata 85%, jumlah telur
1373 butir
- Hasil telur 75 hari x 1373 x Rp 75,- Rp. 7.723.125,-
- Puyuh betina bibit 1615 ekor @ Rp 3.625,- Rp. 5.854.375,-
- Puyuh jantan bibit 75 ekor @ Rp 798,- Rp. 59.850,-
- Puyuh jantan afkiran 214 ekor @ Rp 725,- Rp. 155.150,-

4) Keuntungan dari hasil penjualan Rp. 5.618.924,-

5) Biaya pemeliharaan (sampai umur 8 bulan)
a. Biaya untuk umur 4-8 bulan Rp. 1.625.137,-

6) Pendapatan
a. Hasil telur (0,5 bulan) 195 x 1373 x Rp 75,- Rp. 20.080.125,-
b. Hasil puyuh afkir 1615 ekor @ Rp 798,- Rp. 1.288.770,-
c. Hasil jantan afkir 71 ekor @ Rp 725,- Rp. 51.475,-
d. Hasil jantan afkir (2 bln) 214 ekor @ Rp 725,- Rp. 155.150,-

7) Keuntungan beternak puyuh petelur dan afkiran jual Rp. 10.950.113,-



Sumber Bacaan Tentang Budidaya Burung Puyuh: ristek.go.id

Rabu, 18 November 2009

Budidaya Kecipir

Budidaya Kecipir

Deskripsi
Kecipir (Psophocarpus tetragonolobus (L.) D.C.) adalah tumbuhan merambat polong mudanya dimanfaatkan sebagai sayuran. Kecipir berasal dari Indonesia bagian timur. Di Sumatera dikenal sebagai kacang botol atau kacang belingbing. Nama lainnya adalah jaat (bahasa Sunda), kelongkang (bahasa Bali), serta biraro (Ternate).
Tumbuhannya merambat, membentuk semak. Dalam budidaya biasanya diberi penyangga, namun jika dibiarkan akan menutupi permukaan tanah. Batangnya silindris, beruas-ruas, jarang mengayu. Daun majemuk dengan anak daun tiga berbentuk segitiga, panjang 7,0-8,5cm, pertulangan menyirip, letak berselang-seling, warna hijau. Bunganya tunggal, tipe kupu-kupu, tumbuh dari ketiak daun, kelopaknya biasanya berwarna biru pucat, dapat dipakai sebagai pewarna makanan. Buah tipe polong, memanjang, berbentuk segiempat dengan sudut beringgit, panjang sekitar 30cm, berwarna hijau waktu muda dan menjadi hitam dan kering bila tua. Bijinya bulat dengan diameter 8-10mm, berwarna coklat hingga hitam. Kandungan protein biji menyamai kedelai (30-39%)
Kecipir tergolong tumbuhan penutup tanah dan pupuk hijau efektif karena pertumbuhannya sangat cepat dan termasuk sebagai pengikat nitrogen dari udara yang paling baik. Dalam budidaya, tidak diperlukan sama sekali pemupukan N.
Secara fisiologi, kecipir sangat sensitif dengan frost. Selain itu, ia adalah tumbuhan hari pendek, hanya berbunga jika panjang hari kurang dari masa kritis (untuk kecipir 12 jam). Bijinya tertutup cangkang keras, sehingga kadang-kadang diperlukan perendaman untuk mempercepat perkecambahan.

Sayuran kecipir (Psophocarpus tetragonolobus) memiliki penampilan khas. Buahnya berpolong dengan 4 siku yang bersayap atau bergelombang.

Manfaat Kecipir
Kegunaannya cukup banyak. Buah mudanya kerap dijadikan sayur. Buah tuanya dapat diambil bijinya untuk diolah menjadi minyak. Bagian lain yang belum banyak dimanfaatkan orang adalah umbinya. Umbi ini enak dimakan. Hasil penelitia menunjukkan kandungan protein pada umbi cukup tinggi. Di negara kita kecipir lebih banyak diusahakan untuk diambil buah mudanya. Padahal di luar negeri, contohnya Ghana, kecipir diusahakan khusus untuk diambil bijinya yang sudah tua.

Syarat Tumbuh
Kecipir cocok ditanam di negara kita. Daerah dataran rendah hingga dataran tinggi (sampai ketinggian 1.600 m dpl) dapat ditanami. Jenis tanah tak menjadi masalah. Kecipir bisa hidup di tanah dengan bahan organik rendah, lempung, berpasir, maupun tanah kering. Daya tahan kecipir terhadap kekeringan juga baik.

Pedoman Budidaya Kecipir

Benih Biji kecipir yang akan dijadikan benih diambil dari buah polong yang tua. Biarkan polong ini hingga benar-benar matang (kering) di batangnya. Polong yang baik untuk benih adalah yang panjangnya 15--20 cm. Bentuk buah normal, tidak terkena hama-penyakit, dan buah kelihatan kompak. Setelah dikeringkan pilihlah biji-biji yang baik. Syaratnya ukuran biji normal, seragam, padat berisi, tidak keriput, tua, dan sehat. Jumlah benih yang dibutuhkan untuk penanaman satu hektar lahan ialah antara 10-15 kg. 4. Penanaman Lakukan pengolahan tanah terlebih dahulu. Setelah gembur dan diberi pupuk kandang, lahan dibuat menjadi guludan-guludan. Lebar guludan 20 cm dan panjangnya 2-4 m atau sesuai dengan panjang lahan yang hendak ditanami. Antarguludan dibuat parit kecil. Jarak antar guludan bisa dikira-kira. Tak perlu lebar asal bisa dilewati manusia saja. Setiap guludan nantinya hanya dibuat menjadi satu baris tanaman. Oleh karena itu, lubang tanam dibuat dengan tugal. Jaraknya 25-35 cm dengan posisi di tengah-tengah guludan. Masukkan 2-3 biji ke setiap lubang Waktu yang tepat untuk menanam kecipir ialah di awal musim hujan. Namun, bila terpaksa akhir musim hujan juga dapat dilakukan.

PEMELIHARAAN
Penyiraman dilakukan hanya apabila diperlukan. Seperti telah disebutkan di atas, tanaman kecipir cukup toleran terhadap kekeringan. Tanaman muda meskipun juga toleran sebaiknya disiram bila terlihat kekeringan. Gulma yang tumbuh dicabut. Bila rumput hanya sedikit, penyiangan bisa dilakukan 2 minggu sekali. Di musim hujan sdat gulma tumbuh pesat, penyiangan lebih sering dilakukan. Sambil disiangi, tanah juga digemburkan. Setelah tanaman cukup besar atau setinggi 10 cm, siapkan bambu untuk ajir. Bambu dibelah menjadi beberapa bagian. Panjangnya sekitar 1,5-2 m. Tancapkan bambu di tanah dan ikatkan batang kecipir agar merambat ke bambu. Tidak seperti tanaman sayur lainnya yang dicabut seusai panen karena tak produktif lagi, kecipir bisa diremajakan: Pangkas batang hingga keringgian 30 cm dari atas tanah. Biarkan tunas tumbuh dan rawat dengan baik. Tunas ini akan mampu berproduksi dengan baik kembali. Peremajaan pada pohon kecipir bisa dilakukan sampai 2 kali. Setelah itu sebaiknya tanaman dicabut hingga ke akar-akarnya dan diganti dengan tanaman baru. Pemupukan Saat pengolahan tanah tambahkan pupuk kandang sebanyak 10 ton/ ha. Selain itu tambahkan Urea 100 kg, TSP 150 kg, dan KCl 150 kg per hektar. Pemberian pupuk Urea dan TSP dilakukan 2 kali. Pertama saat tanam dan kedua kali saat tanaman berumur sekitar 3 minggu. KCl diberikan sekaligus pada saat tanam.

HAMA DAN PENYAKIT Kecipir

Hama yang menyerang kecipir antara lain jenis ulat keket (Chrydeixis chalsites atau Plusia ehaleites). Bagian yang dirusaknya tak hanya daun, melainkan juga bunga dan buah. Bila menyerang daun, yang tersisa hanya tulang daunnya saja. Sedangkan bunga dan buah yang terserang menjadi tidak normal pertumbuhannya. Pengendalian hama ini dengan penyemprotan Sumicidin 50 EC dengan dosis 1-1,5 cc/1 air. Penyakit yang bisa merusak pertanaman kecipir disebabkan oleh cendawan Worunella psophocarpi. Akibatnya buah menjadi tceriput, meringkel, dan ada bagian yang bengkak yang mengandung air. Buah menjadi mudah patah. Bila pucuk tanaman yang terserang, pembentukan bunga akan terganggu. Hasil buah juga akan sangat berkurang. Berantaslah penyakit ini dengan fungisida Dithane M-45 sesuai dosis yang tertera pada kemasannya.

PANEN DAN PASCA PANEN
Setelah 9-12 minggu dari saat tanam, kecipir bisa mulai dipanen. Dari saat bunga keluar hanya butuh waktu 2 minggu untuk menghasilkan polong muda yang enak dikonsumsi. Panen dapat dilakukan secara rutin seminggu sekali karena bunga kecipir tumbuh terus-menerus. Panen bisa berlangsung terus sampai umur 5 bulan. Selanjutnya tanaman diremajakan. Dalam satu hektar lahan, dapat dihasilkan buah kecipir sebanyak 35 ton lebih.






TANAMAN KEDELAI

TANAMAN KEDELAI

Kedelai adalah salah satu tanaman polong-polongan yang menjadi bahan dasar banyak makanan dari Asia Timur seperti kecap, tahu, dan tempe. Berdasarkan peninggalan arkeologi, tanaman ini telah dibudidayakan sejak 3500 tahun yang lalu di Asia Timur. Kedelai putih diperkenalkan ke Nusantara oleh pendatang dari Cina sejak maraknya perdagangan dengan Tiongkok, sementara kedelai hitam sudah dikenal lama orang penduduk setempat. Kedelai merupakan sumber utama protein nabati dan minyak nabati dunia.
Kedelai yang dibudidayakan sebenarnya terdiri dari paling tidak dua spesies: Glycine max (disebut kedelai putih, yang bijinya bisa berwarna kuning, agak putih, atau hijau) dan Glycine soja (kedelai hitam, berbiji hitam). G. max merupakan tanaman asli daerah Asia subtropik seperti RRC dan Jepang selatan, sementara G. soja merupakan tanaman asli Asia tropis di Asia Tenggara. Tanaman ini telah menyebar ke Jepang, Korea, Asia Tenggara dan Indonesia. Kedelai dibudidayakan di lahan sawah maupun lahan kering (ladang). Penanaman biasanya dilakukan pada akhir musim penghujan, setelah panen padi.

Kedelai dikenal dengan berbagai nama: sojaboom, soja, soja bohne, soybean, kedele, kacang ramang, kacang bulu, kacang gimbol, retak mejong, kaceng bulu, kacang jepun, dekenana, demekun, dele, kadele, kadang jepun, lebui bawak, lawui, sarupapa tiak, dole, kadule, puwe mon, dan gadelei. Berbagai nama ini menunjukkan bahwa kedelai telah lama dikenal di Indonesia.

Kedelai merupakan terna dikotil semusim dengan percabangan sedikit, sistem perakaran akar tunggang, dan batang berkambium. Kedelai dapat berubah penampilan menjadi tumbuhan setengah merambat dalam keadaan pencahayaan rendah. Kedelai, khususnya kedelai putih dari daerah subtropik, juga merupakan tanaman hari-pendek dengan waktu kritis rata-rata 13 jam. Ia akan segera berbunga apabila pada masa siap berbunga panjang hari kurang dari 13 jam. Ini menjelaskan rendahnya produksi di daerah tropika, karena tanaman terlalu dini berbunga.

PERAKARAN
Tanaman kedelai mempunyai akar tunggang yang membentuk akar-akar cabang yang tumbuh menyamping (horizontal) tidak jauh dari permukaan tanah. Jika kelembapan tanah turun, akar akan berkembang lebih ke dalam agar dapat menyerap unsur hara dan air. Pertumbuhan ke samping dapat mencapai jarak 40 cm, dengan kedalaman hingga 120 cm. Selain berfungsi sebagai tempat bertumpunya tanaman dan alat pengangkut air maupun unsur hara, akar tanaman kedelai juga merupakan tempat terbentuknya bintil-bintil akar. Bintil akar tersebut berupa koloni dari bakteri pengikat nitrogen Bradyrhizobium japonicum yang bersimbiosis secara mutualis dengan kedelai. Pada tanah yang telah mengandung bakteri ini, bintil akar mulai terbentuk sekitar 15 – 20 hari setelah tanam. Bakteri bintil akar dapat mengikat nitrogen langsung dari udara dalam bentuk gas N2 yang kemudian dapat digunakan oleh kedelai setelah dioksidasi menjadi nitrat (NO3).

BATANG
Kedelai berbatang dengan tinggi 30–100 cm. Batang dapat membentuk 3 – 6 cabang, tetapi bila jarak antar tanaman rapat, cabang menjadi berkurang, atau tidak bercabang sama sekali. Tipe pertumbuhan batang dapat dibedakan menjadi terbatas (determinate), tidak terbatas (indeterminate), dan setengah terbatas (semi-indeterminate). Tipe terbatas memiliki ciri khas berbunga serentak dan mengakhiri pertumbuhan meninggi. Tanaman pendek sampai sedang, ujung batang hampir sama besar dengan batang bagian tengah, daun teratas sama besar dengan daun batang tengah. Tipe tidak terbatas memiliki ciri berbunga secara bertahap dari bawah ke atas dan tumbuhan terus tumbuh. Tanaman berpostur sedang sampai tinggi, ujung batang lebih kecil dari bagian tengah. Tipe setengah terbatas memiliki karakteristik antara kedua tipe lainnya.

DAUN
Pada buku (nodus) pertama tanaman yang tumbuh dari biji terbentuk sepasang daun tunggal. Selanjutnya, pada semua buku di atasnya terbentuk daun majemuk selalu dengan tiga helai. Helai daun tunggal memiliki tangkai pendek dan daun bertiga mempunyai tangkai agak panjang. Masing-masing daun berbentuk oval, tipis, dan berwarna hijau.

BUNGA
Bunga kedelai termasuk bunga sempurna yaitu setiap bunga mempunyai alat jantan dan alat betina. Penyerbukan terjadi pada saat mahkota bunga masih menutup sehingga kemungkinan kawin silang alami amat kecil. Bunga terletak pada ruas-ruas batang, berwarna ungu atau putih. Tidak semua bunga dapat menjadi polong walaupun telah terjadi penyerbukan secara sempurna. Sekitar 60% bunga rontok sebelum membentuk polong.

BUAH
Buah kedelai berbentuk polong. Setiap tanaman mampu menghasilkan 100 – 250 polong. Polong kedelai berbulu dan berwarna kuning kecoklatan atau abu-abu. Selama proses pematangan buah, polong yang mula-mula berwarna hijau akan berubah menjadi kehitaman.

BIJI
Biji kedelai berkeping dua, terbungkus kulit biji dan tidak mengandung jaringan endospperma. Embrio terletak diantara keping biji. Warna kulit biji kuning, hitam, hijau, coklat. Pusar biji (hilum) adalah jaringan bekas biji melekat pada dinding buah. Bentuk biji kedelai umunya bulat lonjong tetapai ada pula yang bundar atau bulat agak pipih.

Kacang tanah

Kacang tanah

Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman polong-polongan atau legum kedua terpenting setelah kedelai di Indonesia. Tanaman ini berasal dari Amerika Selatan namun saat ini telah menyebar ke seluruh dunia yang beriklim tropis atau subtropis. Republik Rakyat Cina dan India merupakan penghasil kacang tanah terbesar dunia.

Sebagai tanaman budidaya, kacang tanah terutama dipanen bijinya yang kaya protein dan lemak. Biji ini dapat dimakan mentah, direbus (di dalam polongnya), digoreng, atau disangrai. Di Amerika Serikat, biji kacang tanah diproses menjadi semacam selai dan merupakan industri pangan yang menguntungkan. Produksi minyak kacang tanah mencapai sekitar 10% pasaran minyak masak dunia pada tahun 2003 menurut FAO. Selain dipanen biji atau polongnya, kacang tanah juga dipanen hijauannya (daun dan batang) untuk makanan ternak atau merupakan pupuk hijau.

Kacang tanah budidaya dibagi menjadi dua tipe: tipe tegak dan tipe menjalar. Tipe menjalar lebih disukai karena memiliki potensi hasil lebih tinggi.

Tanaman ini adalah satu di antara dua jenis tanaman budidaya (yang lainnya adalah "kacang bogor", Voandziea subterranea) yang buahnya mengalami pemasakan di bawah permukaan tanah. Jika buah yang masih muda terkena cahaya, proses pematangan biji terganggu.

Jagung

Jagung

Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari biji), dibuat tepung (dari biji, dikenal dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung biji dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan farmasi.

Berdasarkan bukti genetik, antropologi, dan arkeologi diketahui bahwa daerah asal jagung adalah Amerika Tengah (Meksiko bagian selatan). Budidaya jagung telah dilakukan di daerah ini 10.000 tahun yang lalu, lalu teknologi ini dibawa ke Amerika Selatan (Ekuador) sekitar 7000 tahun yang lalu, dan mencapai daerah pegunungan di selatan Peru pada 4000 tahun yang lalu[1]. Kajian filogenetik menunjukkan bahwa jagung (Zea mays ssp. mays) merupakan keturunan langsung dari teosinte (Zea mays ssp. parviglumis). Dalam proses domestikasinya, yang berlangsung paling tidak 7000 tahun oleh penduduk asli setempat, masuk gen-gen dari subspesies lain, terutama Zea mays ssp. mexicana. Istilah teosinte sebenarnya digunakan untuk menggambarkan semua spesies dalam genus Zea, kecuali Zea mays ssp. mays. Proses domestikasi menjadikan jagung merupakan satu-satunya spesies tumbuhan yang tidak dapat hidup secara liar di alam. Hingga kini dikenal 50.000 varietas jagung, baik ras lokal maupun kultivar.

Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif.
Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian antara 1m sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6m. Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan. Meskipun beberapa varietas dapat menghasilkan anakan (seperti padi), pada umumnya jagung tidak memiliki kemampuan ini.

Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman.
Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk roset. Batang beruas-ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin.
Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang. Antara pelepah dan helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut. Stoma pada daun jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia Poaceae. Setiap stoma dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun.

Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae, yang disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal: gluma). Bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya (protandri).

Biji jagung kaya akan karbohidrat. Sebagian besar berada pada endospermium. Kandungan karbohidrat dapat mencapai 80% dari seluruh bahan kering biji. Karbohidrat dalam bentuk pati umumnya berupa campuran amilosa dan amilopektin. Pada jagung ketan, sebagian besar atau seluruh patinya merupakan amilopektin. Perbedaan ini tidak banyak berpengaruh pada kandungan gizi, tetapi lebih berarti dalam pengolahan sebagai bahan pangan. Jagung manis tidak mampu memproduksi pati sehingga bijinya terasa lebih manis ketika masih muda.
Sumber: wikipedia.com

Minggu, 15 November 2009

Budidaya Lada Dengan Tiang Panjat

Budidaya Lada Dengan Tiang Panjat

Pembudidayaan lada dengan tiang panjat memerlukan tahapan kegiatan antara lain, persiapan lahan, penanaman, pemupukan, dan perawatan. Tahapan kegiatan tersebut merupakan teknis budidaya yang harus dilakukan dengan baik.

A.PERSIAPAN LAHAN TANAMAN LADA
Teknis persiapan lahan untuk pembudidayaan lada berbeda-beda sesuai topografi dan jenis tanah. Bahkan pembukaan lahan baru dan peremajaan tanaman berbeda cara persiapan lahannya. Tahap-tahap persiapan lahan:
1.Pembersihan Lahan
Pembersihan lahan merupakan kegiatan awal dalam pengolahan tanah. Biasanya pada lahan bukaan baru sering ditumbuhi oleh segala jenis gulma, semak, dan pepohonan. Oleh karena itu, semak, gulma, dan pepohonan ini harus disingkirkan. Kegiatan ini dilakukan saat musim kemarau.

Untuk lahan yang ditumbuhi alang-alang dan pepohonan kecil, kegiatan pembersihan bukan hanya menebang pohon dan alang-alang, tetapi juga pembuangan tunggulnya. Namun bila lahan hanya ditumbuhi alang-alang, selain secara manual, cara kimiawi pun dapat dilakukan, yaitu dengan penyemprotan herbisida sistematik. Cara ini dilakukan bila vegetasi alang-alang cukup luas. Untuk lahan yang ditumbuhi hutan sekunder, pepohonan dibersihkan dengan cara ditebang, dibongkar tunggulnya, lalu dibakar.

2.Pengolahan Tanah Pertama.
Setelah bersih dari gulma, semak dan pepohonan, tanah dioalah dengan cara dicangkul, ditraktor, atau dibajak sesuai kondisi lahan. Lahan bervegetasi alang-alang dan pepohonan kecil diolah dua kali dalam waktu sebulan. Sementara lahan bervegetasi hutan sekunder diolah tiga kali dalam waktu satu bulan. Setelah diolah tanah dibiarkan selama dua minggu lalu digaru.

Setelah diolah, tanah diratakan dan dibagi menjadi beberapa petakan, misalnya beruuran 5m x 5m. Petakan dibuat supaya pengelolaan tanaman menjadi lebih mudah. Pembentukan petakan harus memperhatikan garis tinggi (kontur) dan kemiringan lahan. Derajat kemiringan tanah optimum untuk dibuatkan petakan adalag 15 derajat Celcius. Setiap petakan dilingkari oleh jalan dengan lebar sekitar satu meter. Selain jalan, perlu juga dibuat parit untuk drainase dengan kedalaman 60 cm dan lebar 40 cm. Parit berfungsi untuk mencegah terjadinya genangan dan memudahkan peresapan air kedalam tanah.

Pada lahan dengan kemiringan lebih dari 15 derajat, perlu dibentuk teras. Teras dibuat untuk mencegah terjadinya erosi. Lebar teras disesuaikan dengan kemiringan lahan. Pada umumnya teras dibuat selebar 200 cm tegantung topografi lahanya. Ada dua jenis teras yang dapat dibuat, yaitu teras individu dan teras bersambung. Teras individu dibuat pada lahan lereng dengan ukuran 2m x 2m dan dibuat miring kearah berlawanan dengan arah kemiringan lereng. Sementara teras bersambung dibuat bersambung sesuai garis kontur.

Selain dibuat teras, pada lahan kering juga harus dibuat lubang-lubang penampung air (rorakan) dibawah teras. Fungsi rorakan ini adalah untuk menampung air, memudahkan air hujan meresap kedalam tanah, menghindarkan genangan air, dan mencegah erosi. Rorakan dibuat setiap 12-24 cm dengan panjang 2 – 4 m, lebar 20 cm dan kedalaman 20 cm.

3.Pengolahan Tanah Kedua
Setelah dibuat petakan atau teras, tanah perlu diolah kembali sebelum dibuat lubang tanam. Pengolahan tanah kedua ini dilakukan dengan mempertimbangkan bentuk perakaran tanaman lada. Lada tidak berakar tunggang, tetapi dapat masuk kedalam tanah hingga 1-2 meter. Oleh karena itu pengolahan tanah tidak perlu terlalu dalam, cukup dilakukan pada tanah bagian atas. Yaitu pada ketebalan 30-35 cm.

Pengolahan tanah diawali dengan pencangkulan lapisan tanah atas sedalam satu cangkulan dan lebar. Tanah ini disisihkan kesamping, Lalu tanah lapisan berikutnya dicangkul hingga menjadi cerul atau gembur. Setelah gembur, masukan pupuk organik atau pupuk dasar berupa fosfat alam. Fosfat alam berfungsi menyediakan zat fosfat dalam jangka panjang dan memperbaiki kemasaman tanah. Setelah itu, tanah lapisan pertama dikembalikan keatas tanah lapisan kedua.Dengan cara inimaka lapisan top soil akan kaya bahan organic, cukup mengandung zat fosfat, gembur, tidak mengalami erosi, tidak mudah tergenang air dan tingkat kemasaman tanah menjadi lebih baik.Kondisi ini akan sangat menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman lada.

4.Pembuatan Bedengan
Setelah tanah diolah, lahan dibuat bedengan.Bedengan ini hanya dibuat pada tanah datar atau agak miring. Sementara pada tanah miring tidak perlu dibuat bedengan karena sudahberupa teras. Bedengan dibentuk dengan cara dibuat guludan-guludan. Jarak antar guludan sekitar 2 m dengan kedalaman sekitar 30 cm. Guludan juga berfungsi sebagai saluran pembuangan air. Dengan adanya guludan maka akan terbentuk bedengan-bedengan.

5.Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam dibuat ditengah bedengan. Ukuran lubang tanam bagian atas 35 cm x 35 cm hingga 40 cm x 40 cm. Sementara bagian bawah lubang menyempit. Jarak antar lubang tanam tergantung jenis panjat. Apabila panjat berupa tanaman hidup, jarak antar lubang 2,5 – 3,5 cm sesuai kesuburan lahan.Sementara bila panjat berupa kayu gelondongan , kayu ulin, atau tiang beton, jarak antar lubang cukup 2 m. Setelah lubang dibuat, campur tanah hasil galian dengan pupuk kandang. Lalu, campurkan tanah hasil galian dengan pupuk kandang. Lalu, campuran tanah ini ditimbun dalam lubang.

B.PERSIAPAN PANJAT TANAMAN LADA
Ada dua jenis panjat tanaman lada, yaitu panjat hidup dan panjat mati. Masing-masing panjat memiliki keuntungan dan kerugian tersendiri, disini saya hanya membahas tentang panjat hidup saja.

1.Panjat Hidup Lada
Panjat hidup berupa tanaman yang digunakan untuk memanjatkan tanaman lada. Panjatan hidup dapat ditanam beberapa bulan lada atau bersamaan dengan penanaman lada. Ada beberapa jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai panjatan, diantaranya dadap, lamtoro gung, kapok, dan kalikiria. Selain itu , ada juga yang menggunakan tanaman buah-buahan sehingga ada hasil tambahan dari panjatan hidup tersebut.

Dadap merupakan panjatan hidup yang paling disukai petani lada, terutama petani kecil. Alasanya karena pertumbuhannya tergolong cepat, mudah diperoleh, murah, dan dapat ditanam bersamaan penanamannya dengan penanaman bibit lada. Lamtoro gung memang belum banyak digunakan sebagai panjat tanaman lada. Namun, karena pertumbuhannya cepat dan kondisi tanamannya yang kuat maka lamtoro gung dapat dipertimbangkan sebagai panjatan. Aapalagi lamtoro gung menghasilkan daun yang cukup banyak dan dapat dimanfaatkan sebagai mulsa tanaman lada.

Kapok juga dapat digunakan sebagai panjatan karena perakarannya kuat. Hanya saja, karena perakarannya sangat kuat maka dikhawatirkan dapat mengganggu pertumbuhan lada. Kalikiria merupakan tanaman pagar hidup yang banyak dimanfaatkan sebagai penahan angin. Tanaman ini mudah membentuk batang pokok ganda maupun tunggal.Daun dan cabangnya udah dipangkas untuk memperkaya nitrogen tanah dan bahan organik. Pertumbuhan kalikiria sangat cepat dan dengan mudah ditanam dari stump biasa sepanjang sekitar satu meter, dengan diameter 3-5 cm. Oleh karena akar lateralnya cukup tebal maka dikhawatirkan akan mudah terjadi persaingan pertumbuhan akar.

C.PENAMAN TANAMAN LADA
Kegiatan awal proses penanaman adalah penyiapan bibit. Bibit paling baik adalah berupa setek. Panjang setek sekitar tujuh ruas. Setelah disiapkan,pada bekas galian lubanng tanam dibuat lubang barudengan ukuran 20 cm x 20 cm.

Selanjutnya bibit stek dimasukan kedalam lubang tanam dengan posisi dasar stek berada dibagian bawah hingga kedalaman sekitar 10-30 cm atau sekitar empat ruas. Setek diletakkan dengan posisi 45 derajat celcius mengarah ketiang panjat. Setelah itu lubang ditutup kembali dengan tanah halus. Usahakan penimbunan tanah agak diletakan agar posisi bibit menjadi kuat. Tanah yan ditimbun dibentuk agak cembung. Sementara sisa ruas setek dibagian luar lubang tanam diikat pada panjatan sementara atau permanen.

Umumnya musim tanam lada jatuh pada bulan November - Januari sehingga penyiraman bibit sesudah tanam bukan merupakan keharusan. Hanya saja pada periode tersebut dapat saja terjadi kekeringan.Tindakan yang dapat dilakukan agar bibit tidak mengalami kekeringan adalah penanaman lebih dari satu bibit. Untuk menghindari dari sinra matahari sementara agar tanaman tidak lay dan mati, perlu adanay pelindung bagi tanaman misanya berupa pakis andam atau resam.

D.PEMELIHARAAN TANAMAN LADA
Tujuan pemeliharaan tanaman lada secara keseluruhan antara lain untuk mengoptimalkan kondisi lingkungan dan produksi serta menjaga kondisi lahan dan tanaman. Adapun beberapa tindakan pemeliharaan tanaman adalah penjagaan kondisi lahan, pengaturan, pertumbuhan tanaman, pemangkasan, pemupukan, dan pengendalian hama penyakit.